Dolar AS Tembus Rp 14.800, Masyarakat Diminta Tidak Khawatir

3 September 2018 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Dolar-Rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dolar-Rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah hingga menembus level Rp 14.800/USD.
ADVERTISEMENT
Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (3/9), hingga pukul 16.07 WIB, dolar AS bertengger di posisi Rp 14.820. Ini merupakan posisi tertinggi sejak September 2015.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso ikut angkat bicara mengenai pelemahan rupiah tersebut.
Menurutnya, pelemahan tersebut tak lain karena sentimen negatif dari kondisi perekonomian global, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir. Bahkan, hasil uji ketahanan (stress test) OJK menunjukkan, kondisi perbankan masih dinilai aman.
"(pasar) Kita kan biasa volatile. Ini kondisinya perbankan aman. Ini Insyaallah temporary, sementara. Ini kan karena sentimen negatif (dari pasar global)," ujar Wimboh di Kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/9).
Ketua OJK Wimboh Santoso. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua OJK Wimboh Santoso. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Dia menjelaskan, terkait kondisi pelemahan rupiah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi arahan agar masyarakat tidak khawatir. OJK dan Bank Indonesia (BI) diminta untuk berkoordinasi dan mengantisipasi pergerakan nilai tukar rupiah.
ADVERTISEMENT
"Koordinasi yang lebih bagus, ngomong kepada publik, supaya masyarakat tidak khawatir. Kan semua punya plan yang bagus. Nanti kita akan bersama-sama dengan menteri keuangan dan gubernur BI untuk melakukan komunikasi publik," jelas dia.
Wimboh menyebutkan, pihaknya punya strategi agar pelemahan rupiah tidak terus berlanjut secara masif, salah satunya dengan mendorong ekspor.
"Kita koordinasi dan komunikasi bagaimana supaya kita mendorong ekspor, untuk impor kita tentunya (pilih) yang masih bisa diperpanjang atau tidak dilakukan dalam proyek-proyek yang tidak terlalu urgent," kata dia.
Wimboh menambahkan, meskipun di pasar uang nilai tukar rupiah tertekan, namun di bursa saham dan pasar obligasi, masih mencatatkan capital inflow. Meski demikian, Wimboh tak menjelaskan lebih detil.
"So far enggak ada yang cukup mengkhawatirkan. Kita kan inflow tetep di pasar SUN (Surat Utang Negara) dan pasar modal tetep ada," tandasnya.
ADVERTISEMENT