Dongkrak Harga Karet Global, Indonesia Ajak Malaysia dan Thailand

11 Januari 2019 17:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Getah karet di PTPN IX Kendal (Foto: Anis Efizudin/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Getah karet di PTPN IX Kendal (Foto: Anis Efizudin/Antara)
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengajak Malaysia dan Thailand untuk mengatasi turunnya harga karet di pasar internasional. Indonesia, Malaysia, dan Thailand merupakan negara penghasil karet terbesar, yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC).
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, saat ini produksi karet tidak mengalami kelebihan suplai, namun harganya terus menurun. Menurutnya, saat ini harga karet di petani hanya sekitar Rp 4.000 hingga Rp 6.000 per kg, padahal idealnya bisa Rp 10.000 hingga 15.000 per kg.
"Kita perlu kerja sama, paling tidak dengan Thailand dan Malaysia, kalau sendiri-sendiri, tidak bisa," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (11/1).
Dia menduga, saat ini terjadi permainan harga di tingkat spekulan. Sehingga diskusi untuk mencari solusi dengan sesama negara produsen karet harus dilakukan.
"Spekulan banyak yang memainkan informasi, kita sudah melihat persediaan stok untuk dua bulan, tidak semestinya menjatuhkan harga sejauh itu," katanya.
Darmin Nasution, di acara Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2019. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Darmin Nasution, di acara Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2019. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Setelah dilakukan diskusi dengan Thailand dan Malaysia, menurut Darmin, maka diskusi lanjutan juga akan dilakukan ke bursa komoditi di Singapura dan Shanghai.
ADVERTISEMENT
Darmin memperkirakan, dua bursa yang menjadi acuan penjualan karet tersebut mendapatkan informasi yang kurang tepat terkait produksi. Salah satunya ada perbedaan informasi tentang karet yang diproduksi China dengan produk Indonesia.
"Kita telusuri juga, di mana penentuan harga karet. Ternyata di dua tempat, bursa Singapura dan Shanghai," kata Darmin.
Upaya diskusi tersebut diharapkan bisa menstabilkan harga karet, sehingga tak lagi merugikan petani karet dan tidak menganggu kestabilan produksi industri karet.
"Kita perlu duduk bersama untuk kemudian mengambil langkah mekanisme yang benar," tambahnya.