DPR Sindir Sri Mulyani Karena Dolar Mendekati Rp 14.900

4 September 2018 12:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sejumlah anggota DPR RI pada Sidang Paripurna hari ini menyoroti soal pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mereka beranggapan, selama ini pemerintah selalu menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebab pelemahan tersebut.
ADVERTISEMENT
“RAPBN 2019 itu saja, nilai tukar sudah lewat asumsinya, di mana sekarang Rp 14.900 per dolar AS (di RAPBN 14.400). Kami ingin Menkeu jelaskan secara jujur bagaimana kondisi fundamental ekonomi kita,” kata salah satu anggota DPR RI Fraksi Demokrat Michael Wattimena di Ruang Rapat Paripurna, DPR RI, Jakarta, Selasa (4/9).
Dia melanjutkan, pihaknya tak ingin situasi seperti krisis moneter 1998, di mana saat itu pemerintah mengatakan fundamental ekonomi kuat, tapi nyatanya negara mengalami resesi.
“Jangan sampai disampaikan kita masih established, tetapi nyatanya prihatin. Untuk itu kami tidak ingin alasannya eksternal-eksternal lagi. AS, China, Turki, Argentina, mungkin satu pekan ke depan pemerintah ambil lagi ada negara X menjadi faktor. Jangan salahkan pihak luar,” lanjutnya.
Sri Mulyani menjawab tanggapan fraksi terkait RAPBN 2018, Selasa (04/09/2018). (Foto:  Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sri Mulyani menjawab tanggapan fraksi terkait RAPBN 2018, Selasa (04/09/2018). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa faktor utama di balik merosotnya nilai tukar rupiah adalah memang faktor eksternal.
Tekanan eksternal yang berasal dari kebijakan ekonomi di AS tersebut menimbulkan dampak ke seluruh dunia. Menurutnya, kebijakan normalisasi moneter dan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan perang dagang dengan China telah berimbas negatif pada banyak negara, termasuk emerging economies.
Beberapa negara yang memiliki fondasi ekonomi yang rentan ditambah dengan kebijakan ekonomi mereka yang dianggap tidak konsisten dengan fundamental ekonominya juga telah mengalami krisis seperti Venezuela, Argentina serta Turki.
“Mohon maaf bila dikatakan alasannya faktor eksternal, faktanya memang begitu. Oleh karena itu, APBN 2019 kami desain untuk mengantisipasi gejolak itu,” jelas Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT