DPR Soal Kenaikan Subsidi Solar: Dulu Kami Usul, tapi Ditolak Menkeu

8 Maret 2018 17:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya W Yudha (Foto: Novan Nurul Alam/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya W Yudha (Foto: Novan Nurul Alam/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah berencana menambah alokasi anggaran untuk subsidi BBM jenis Solar pada 2018 ini. Tambahan subsidi itu diperkirakan antara Rp 750 hingga Rp 1.000 per liternya.
ADVERTISEMENT
Sebelum penambahan subsidi itu dijalankan, pemerintah akan meminta persetujuan DPR. Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya W Yudha mengatakan, pembahasan anggaran tambahan untuk subsidi solar seharusnya berjalan mulus.
“Sebelum pemerintah merencanakan saat ini, kami sudah pernah mengusulkan pada APBN 2018 untuk menaikkan dana subsidi Rp 500 ke Rp 750 per liter. Saya masih ingat kami mengusulkan, tapi ditolak oleh Menteri Keuangan dan Badan Anggaran,” kata Satya kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (8/3).
Meski begitu, Satya tak bisa memastikan apakah sikap DPR soal subsidi solar ini masih sama. Sehingga, politisi Partai Golkar ini belum bisa menilai, apakah usulan pemerintah menambah alokasi dana subsidi BBM akan disetujui atau tidak.
Petugas sedang mengisi BBM untuk kendaraan mobil. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas sedang mengisi BBM untuk kendaraan mobil. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
“Kita rapat saja belum. Tapi paling enggak, diperkirakan pembahasan mengenai tambahan subsidi (jadi) Rp 750 per liter akan berjalan mulus mengingat ya itu tadi, kami sudah pernah usulkan dan ini tidak akan menimbulkan pembengkakan (anggaran),” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, rencana penambahan subsidi solar dilakukan, karena pemerintah tak akan menaikkan harga BBM dan tarif listrik hingga 2019. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi. Padahal pada saat yang sama, harga minyak dunia sudah di kisaran USD 60 per barel, jauh lebih tinggi daripada asumsi di APBN yang hanya USD 48 per barel.