news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ekonom: Sindiran SBY Soal Pertumbuhan Ekonomi ke Jokowi Tak Fair

21 Januari 2018 11:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi bertemu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (Foto: Antara/Rosa Panggabean)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi bertemu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (Foto: Antara/Rosa Panggabean)
ADVERTISEMENT
Pernyataan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang membandingkan pertumbuhan ekonomi di eranya lebih baik dibandingkan era Joko Widodo (Jokowi) dinilai tidak fair. Hal tersebut diungkapkan Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara.
ADVERTISEMENT
Menurut Bhima, pertumbuhan ekonomi di era SBY bisa menyentuh angka 6% salah satunya dikarenakan adanya commodity boom atau lonjakan harga komoditas yang turut mengerek pendapatan masyarakat saat itu. Sehingga, konsumsi rumah tangga pada masa itu cukup terjaga.
"Kurang fair karena di era SBY ada commodity boom. Harga minyak mencapai puncaknya tahun 2011 di angka 110 dolar per barel. Sementara awal tahun 2015 anjlok 50 dolar per barel. Karena 70% lebih ekspor disumbang komoditas mentah dan olahan primer jadi ekonomi Indonesia tergantung harga komoditas global," kata Bhima kepada kumparan (kumparan.com), Minggu (21/1).
Justru, kata Bhima, selama dua periode SBY menjabat dari sisi industri pengolahan malah mengalami penurunan porsi terhadap produk domestik bruto (PDB). Ia menilai, telah terjadi ketidakseimbangan kebijakan saat Ketua Umum Partai Demokrat ini menjabat.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, meskipun harga komoditas mengalami kenaikan, kondisi tersebut tidak diimbangi oleh kebijakan pemerintah yang pro industri dan pembangunan infrastuktur.
"Tahun 2004 porsi industri manufaktur mencapai 28%, tapi di akhir masa SBY tahun 2014 porsinya merosot tinggal 21%," tambahnya.
Tak hanya itu, faktor lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi di era SBY bisa menyentuh 6% dipengaruhi pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. Pada 2011, pertumbuhan kredit mencapai 22,2% year on year (yoy).
Menurut Bhima, seharusnya SBY bisa memanfaatkan keuntungan yang diterima untuk membangun infrastruktur. "Seharusnya uang komoditas yang berlimpah digunakan bangun infrasfruktur," jelasnya.
Sebelumnya, SBY saat menjadi pembicara di Ponpes Daar El-Qolam 3, Desa Pangkat, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, Sabtu kemarin, meminta Presiden Jokowi menggenjot pertumbuhan ekonomi agar menyentuh 6% seperti di era pemerintahannya. Saat ini, pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5%.
ADVERTISEMENT
SBY menilai ketika pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5%, berarti telah terjadi kesenjangan sosial yang tinggi antara yang kaya dan miskin, pengangguran dan daya beli yang rendah.
"Sekarang 5%, saya tahu pemerintah Presiden Jokowi juga berusaha menaikkan, namun kalau masih 5 berarti ada masalah. Masalahnya lapangan pekerjaan kurang, daya beli rendah, kesenjangan menganga," katanya.
Dengan permasalahan tersebut, SBY mengajak semua elemen bangsa untuk bertanggung jawab akan hal itu.
"Itu masalah sama-sama kita pecahkan, bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Meskipun pemerintah berdiri di depan, menjadi pelopor di dalam kebijakan-kebijakanya," ujarnya.