Ekonom: Tak Cukup Hanya Menekan Impor untuk Stabilisasi Rupiah

5 Juli 2018 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi tak akan serta-merta menguat dengan adanya pembatasan impor, khususnya impor bahan baku dan barang modal terkait proyek infrastruktur pemerintah. Sebab faktor eksternal masih menjadi penyebab utama pelemahan rupiah.
ADVERTISEMENT
Direktur Penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, dengan adanya pengereman impor hanya menjadi solusi sementara untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
"Pembatasan impor yang ditujukan untuk memperbaiki neraca perdagangan hanya akan mengurangi sumber tekanan terhadap rupiah, solusi jangka pendek," ujar Piter kepada kumparan, Kamis (5/7).
Dia menilai, pembatasan impor tidak bisa berdampak langsung ke penguatan rupiah, ada jangka waktu hingga beberapa bulan setelahnya. "Tetapi opsi ini memang harus ditempuh oleh pemerintah di tengah terbatasnya pilihan kebijakan," katanya.
Piter menjelaskan, rupiah baru bisa kembali menguat jika segala sumber tekanan teratasi. Mulai dari tekanan domestik berupa neraca dagang yang bisa kembali surplus, defisit transaksi berjalan yang semakin kecil, serta kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebagai antisipasi kenaikan Fed Fund Rate (FFR).
ADVERTISEMENT
"Sementara faktor global yang dapat kembali menguatkan rupiah misalnya isu perang dagang AS dengan negara China atau Eropa enggak terjadi. Kalau semua itu terjadi, baru bisa rupiah akan kembali stabil, menguat," tambahnya.
Bongkar muat peti kemas (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat peti kemas (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan pemerintah akan memperkecil defisit transaksi berjalan dengan mendorong ekspor dan pariwisata, serta mengevaluasi impor. Langkah tersebut bertujuan untuk membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Sri Mulyani bilang, pemerintah juga akan melihat impor bahan baku dalam menunjang produksi dan mengevaluasi kebutuhan impor barang modal untuk proyek-proyek besar, terutama yang berhubungan dengan proyek pemerintah.
“Kami akan lihat konteksnya apa dan apakah proyek-proyek ini adalah proyek yang harus diselesaikan dan harus mengimpor barang modal,” katanya.
ADVERTISEMENT
Adapun defisit transaksi berjalan yang melebar menunjukkan besarnya gap antara pasokan dan permintaan valas dari aktivitas perdagangan internasional barang dan jasa (ekspor-impor).
Bank Indonesia (BI) sebelumnya memprediksi defisit transaksi berjalan pada tahun ini sebesar 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini, melebar dari tahun lalu yang sebesar 1,7% terhadap PDB.
Sementara itu, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini sebesar Rp 14.387/USD, melemah dibandingkan hari sebelumnya yang berada di level Rp 14.343/USD.