Ekonomi RI Bisa Terganggu oleh Kebuntuan Perundingan Dagang AS-China

12 Mei 2019 6:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Delegasi AS dan China seusai perundingan dagang yang berakhir tanpa kesepakatan. Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne
zoom-in-whitePerbesar
Delegasi AS dan China seusai perundingan dagang yang berakhir tanpa kesepakatan. Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne
ADVERTISEMENT
Perundingan antara Amerika Serikat (AS) dengan China untuk meredakan perang dagang yang berakhir buntu, bisa ikut mengganggu ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Putaran akhir pertemuan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu pada Jumat (10/5) lalu, tak menghasilkan kesepakatan apa pun. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Utusan Perdagangan Amerika Robert Lighthizer hanya bertemu sebentar dengan delegasi yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He.
Sebelum pembicaraan, Mnuchin tidak banyak memberikan komentar pada wartawan. Hingga akhirnya delegasi China kembali ke Beijing.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyatakan buntunya perundingan itu akan berdampak terhadap perekonomian dunia.
“Apalagi sebelum perundingan, Presiden Trump sudah mengumumkan kenaikan tarif impor (produk China) dari 10 persen jadi 25 persen. Kalau China membalas juga, maka kedua negara dan seluruh dunia akan terkena dampaknya,” kata Tauhid dalam Diskusi Online Interaktif, Sabtu (11/5).
Kapal kargo asing tengah bongkar muat peti kemas mengangkut komoditas ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
Menurutnya, yang pertama-tama terdampak tentu PDB China dan Amerika sendiri. Mengutip hasil kajian KPMG, dia menjelaskan, dengan mengabaikan efek penularan ke negara lain (contagion) maka pertumbuhan China akan terkoreksi sebesar hampir 1 persen PDB pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Sedangkan AS akan kehilangan ekonominya sebesar 0,9 persen PDB pada tahun keempat (2023). Eropa akan kehilangan 0,37 persen PDB pada tahun keempat (2023), dan perekonomian dunia akan terkoreksi sebesar 0,6 persen setelah tahun keempat.
“Ini artinya jika benar-benar perang dagang, maka sudah pasti ekonomi Indonesia juga akan terimbas lebih besar,” tandas Tauhid.
Dia mengingatkan, pemerintah harus mengantisipasi perlambatan ekonomi akibat perang dagang ini, yang mulai dirasakan sejak tahun 2019 hingga beberapa tahun mendatang.
Penurunan PDB Cina akan menurunkan permintaan ekspor ke Indonesia. Sehingga pada akhirnya juga akan menurunkan PDB Indonesia. Mengutip sebuah studi, Tauhid mengungkapkan setiap 1 persen penurunan PDB China akan menurunkan PDB Indonesia sebesar 0,14 persen.
ADVERTISEMENT
Sedangkan setiap 1 persen penurunan PDB AS, akan menurunkan PDB Indonesia sebesar 0,05 persen.
“Artinya, PDB kita akan terkoreksi kurang lebih secara bersamaan dapat mencapai 0,19 persen. Itu kalau enggak ada contagion effect. Dampaknya akan lebih besar, kalau kelesuan itu menjalar ke negara-negara lain, yang kemudian berdampak juga ke Indonesia,” pungkasnya.