Eksperimen Dompet Hilang, Tunjukkan Kejujuran Warga Indonesia Rendah

16 Juli 2019 10:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Bundaran HI, Minggu (16/6), salah satu ruang publik tempat berkumpul warga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Bundaran HI, Minggu (16/6), salah satu ruang publik tempat berkumpul warga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia dinilai memiliki tingkat kejujuran rendah. Hal ini terkuak dari tulisan the Economist yang dikutip kumparan, Selasa (16/7). The Economist mengutip studi eksperimen tentang "Civic Honesty Around the Globe" (2019) yang baru-baru ini dirilis oleh peneliti dari Universitas Michigan, Universitas Zurich, Universitas Utah.
ADVERTISEMENT
Eksperimen yang dilakukan oleh Alain Cohn, dkk itu meneliti soal perilaku jujur masyarakat di dunia dalam kurun tiga tahun terakhir. Adapun sasaran penelitiannya meliputi 355 kota pada 40 negara.
Teknisnya, para peneliti menggunakan setidaknya 17 ribuan dompet. Para peneliti sengaja mengaku menemukan dompet hilang, kemudian asisten peneliti yang berperan sebagai penemu menyerahkan dompet yang ditemukan ke orang lain seperti ke resepsionis atau penjaga toko di dekat area penemuan. Sang penemu juga tak meninggalkan nama atau mencatat bukti serah terima penyerahan dompet.
Dompet itu berisi uang bervariasi dan telah dikonversikan sesuai dengan mata uang lokal. Mulai dari terbesar USD 94,15 kemudian USD 13,45. Ada juga perlakuan dengan dompet tanpa berisi uang.
ADVERTISEMENT
Ada atau tanpa uang tunai, di dalam dompet terdapat kartu identitas yang memungkinkan bagi siapa pun yang mendapat titipan dompet untuk menghubungi, lantas mengembalikannya.
Hasil dari penelitian itu, diukur dari tingkat pengembalian dompet yang ada di 40 negara.
Hasilnya, 51 persen dompet yang berisi uang dikembalikan, sementara hanya 40 persen dompet tanpa uang tunai yang diserahkan kembali.
Kemudian, masyarakat yang ada di negara Swiss menempati urutan pertama yang paling tinggi dalam tes kejujuran ini. Disusul oleh Norwegia di posisi kedua, Belanda di urutan ketiga, lantas Denmark sebagai yang keempat dan Swedia di urutan yang kelima.
Bagaimana dengan Indonesia?
Ternyata, Indonesia masuk di posisi sepuluh besar terbawah sebagai masyarakat dengan tingkat kejujuran terendah. Tepatnya di posisi kedelapan terbawah, di antara Ghana dan Uni Emirat Arab. Hasil eksperimen di Indonesia, sekitar 35 persen dompet berisi uang tunai yang dilaporkan dan dikembalikan, sementara pengembalian dompet yang tidak berisi uang tunai hanya 15 persen dari total dompet yang disebar dalam tes ini.
com-Ilustrasi Ketinggalan Dompet vs Smartphone Foto: Shutterstock
Sementara, dalam kelompok negara Asia, Thailand menempati posisi ke-28 sebagai negara Asia paling jujur. Selanjutnya India di peringkat 30, menyusul Indonesia di peringkat 33, lalu Malaysia di peringkat 35 dan China di posisi yang paling rendah kejujurannya.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian itu, ditemukan fakta unik. Yaitu, pengembalian uang dalam jumlah yang banyak USD 94,15 justru memiliki persentase yang lebih tinggi yaitu 72 persen. Sedangkan, pengembalian dompet yang berisi USD 13,45 hanya 61 persen.
Dengan hasil ini, perilaku jujur dinilai sangat berdampak pada diri individu dan perkembangan ekonomi suatu negara.
Tanpa kejujuran, bisa berdampak ke ekonomi negara. Misalnya saja, masyarakat menjadi tak patuh membayar atau melaporkan pajak, melanggar aturan, hingga tingkat kecurangan atau korupsi yang tinggi.
"Kejujuran sangat penting dalam perkembangan ekonomi dan lebih umum lagi bagaimana sikap masyarakat dalam segala bidang terkait," kata Profesor Alain Cohn dari School of Information, Universitas Michigan.