Ekspor Busana Muslim Indonesia Masih Kalah dari Vietnam dan Kamboja

16 Oktober 2018 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko Busana Muslim Rabbani (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko Busana Muslim Rabbani (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia tercatat sebagai salah satu eksportir busana muslim. Kementerian Perindustrian mencatat di tahun 2013 Indonesia sempat menduduki peringkat ke enam sebagai eksportir busana muslim di dunia. Sayangnya posisi itu tak bertahan lama. Pada tahun lalu, Indonesia harus lengser ke posisi 10.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, mengatakan saat ini posisi Indonesia kalah dari Vietnam, Uni Emirat Arab, dan Kamboja.
“Kita harus contoh cara kerja mereka. Mereka tidak nomer 1 (negara dengan mayoritas Muslim) di dunia tapi bisa, kok. Masak kita enggak bisa?” kata Gati di Hotel Sofyan, Jakarta, Selasa (16/10).
Adapun eksportir busana muslim terbesar di dunia saat masih dipegang China, Turki, dan India. Menurut Gati, Indonesia harus mampu mencontoh kinerja negara-negara tersebut dalam menggenjot ekspor busana muslim.
Menurut Gati, model-model busana muslim buatan Indonesia sebenarnya tidak kalah berkualitas dari negara lain. Bahkan dia mengklaim Indonesia lebih dikenal di panggung fesyen internasional.
Untuk itu, Gati meminta para stakeholder di industri ini harus saling bersinergi. Sebab, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya kesiapan sumber daya manusia dan ketersediaan teknologi.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Menurut dia, dua faktor ini sangat mempengaruhi tingkat produksi. Semakin tinggi produktivitas, maka biaya produksi semakin murah. Hasilnya produk fesyen muslim pun bisa memiliki harga yang bersaing. Harapannya, hal tersebut mampu mendongkrak volume ekspor busana muslim.
ADVERTISEMENT
“Karena kalau mau kompetisi dengan negara lain produktivitas harus tinggi. Bicara produktifitas itu bicara teknologi dan SDM harus siap,” ujarnya.
Selain itu, Gati mengatakan industri ini harus menerapkan kolaborasi ABGC (Academicy, Business, Government dan Community). Kolaborasi tersebut dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan pelaku industri dan dapat menciptakan roadmap atau peta jalan industri fesyen muslim di Indonesia.
“Dengan begini mereka jadi bersatu. Kalau enggak sama-sama, kita enggak bisa,” ujarnya.