Ekspor CPO Catat Rekor Tertinggi, Namun Harga Masih Loyo

Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Pixabay)

Ekspor minyak sawit Indonesia sepanjang Agustus 2018 lalu, membukukan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor bulanan. Sayangnya, geliat peningkatan ekspor itu tak sejalan dengan pertumbuhan harga, yang tetap lesu.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Mukti Sarjono, mengatakan pada Agustus 2018 lalu volume ekspor minyak sawit (CPO), PKO (Palm Kernel Oil) dan turunannya, oleochemical, dan biodiesel, mencapai 3,3 juta ton.

“Angka itu naik 2 persen dibandingkan dengan ekspor Juli 2018 yang sebesar 3,22 juta ton,” katanya melalui pernyataan tertulis yang diterima kumparan, Senin (1/10).

Mukti menambahkan, khusus untuk minyak sawit (CPO, PKO dan turunannya) pada Agustus 2018 itu juga mencatatkan volume ekspor tertinggi sepanjang tahun, yakni mencapai 2,99 juta ton. Meski ekspor CPO dan produk turunannya mencatatkan volume tertinggi, secara year on year kinerja ekspor Januari-Agustus mengalami penurunan sebesar 2 persen.

Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)

Jika tahun lalu pada periode itu mencatatkan ekspor 20,43 juta ton, maka tahun ini turun menjadi 19,96 juta ton.

Sayangnya, lanjut Mukti, permintaan pasar global yang tinggi akan minyak sawit masih belum mampu mengerek harga CPO global. Sebaliknya harga CPO global yang rendah dimanfaatkan oleh trader untuk membeli sebanyak-banyaknya.

Sepanjang Agustus 2018 harga bergerak di kisaran USD 542,50-USD 577,50 per metrik ton, dengan harga rata-rata USD 557,50 per metrik ton. Ini merupakan harga terendah yang dibukukan sejak Januari 2016 lalu. Harga CPO global terus tertekan karena harga minyak nabati lain yang sedang jatuh khususnya kedelai dan stok minyak sawit yang cukup melimpah di Indonesia dan Malaysia.