Ekspor Mebel dan Kerajinan Kayu 2019 Ditarget Naik 100% Jadi Rp 68 T

9 Maret 2018 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerajinan Ukir Patung Dewa (Foto: Antara/Yusuf Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan Ukir Patung Dewa (Foto: Antara/Yusuf Nugroho)
ADVERTISEMENT
Industri mebel dan kerajinan menargetkan dapat mencapai nilai ekspor USD 5 miliar atau setara dengan Rp 68 triliun (kurs Rp 13.600) tahun depan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) Soenoto saat membuka International Furniture Expo di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (9/3).
ADVERTISEMENT
“Targetnya dari tahun ke tahun kita akan kembangkan dan bisa USD 5 miliar untuk ekspor furniture dan craft di 2019,” kata Soenoto.
Untuk saat ini, rata-rata capaian ekspor produk furniture dan craft baru mencapai USD 2,5 miliar. Dengan rincian, USD 1,68 miliar untuk mebel dan USD 820 juta untuk kerajinan kayu. Nilai ekspor sebesar USD 2,5 miliar tersebut sudah bertahap sejak tahun 2015 . Saat ini Eropa adalah pasar ekspor terbesar Indonesia dengan porsi lebih dari 60%.
Industri Mebel (ilustrasi). (Foto: Antara/Basri Marzuki)
zoom-in-whitePerbesar
Industri Mebel (ilustrasi). (Foto: Antara/Basri Marzuki)
Untuk itu menurut Soenoto, pengusaha industri ini mengharapkan bantuan dari berbagai kementerian, tak hanya dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.
“Bantuannya baik berupa regulasi maupun berupa dana, sponsor, dan lain-lain. Tapi yang paling kami butuhkan adalah bantuan regulasi yang menyegarkan terhadap pertumbuhan industri furniture dan craft,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga berharap pemerintah tak merealisasikan wacana untuk mengekspor kayu dan rotan gelondongan. Dia beranggapan cara tersebut tak akan mampu meningkatkan nilai ekspor. Ekspor kayu gelondongan nilainya kecil dibandingkan jika mengekspor barang jadi seperti mebel dan kerajinan.
“Saya yakin bahwa instansi pemerintah manapun kalau pemahamannya itu firm, komunikasinya sudah bagus, tidak akan ekspor bahan baku secara mentah-mentah. Karena di situ tidak ada added value-nya,” jelasnya.