ESDM Restui Perpanjangan Izin Ekspor Bijih Nikel dan Bauksit ke Antam

29 Maret 2018 12:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Antam (Aneka Tambang). (Foto: Flickr )
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Antam (Aneka Tambang). (Foto: Flickr )
ADVERTISEMENT
PT ANTAM Tbk (ANTM) mendapatkan Rekomendasi Perpanjangan Persetujuan Ekspor Mineral Logam untuk penjualan ekspor bijih nikel kadar rendah (<1,7% Ni) sebesar 2,7 juta wet metric ton (wmt) dan bijih bauksit tercuci dengan kadar ≥42% Al2O3 sebesar 840 ribu wmt dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk periode Tahun 2018-2019.
ADVERTISEMENT
Pada 2017, ANTAM telah mendapatkan rekomendasi ekspor bijih nikel kadar rendah dengan total sebesar 3,9 juta wmt yang terdiri dari 2,7 juta wmt diperoleh pada bulan Maret 2017 serta 1,2 juta wmt diperoleh pada bulan Oktober 2017. Sedangkan rekomendasi ekspor bijih bauksit tercuci diperoleh pada periode Maret 2017.
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 5 Tahun 2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri, ANTAM masuk dalam kriteria perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Nikel dan Bauksit yang telah memiliki dan mengoperasikan serta mengembangkan pabrik pengolahan mineral di dalam negeri.
Menurut peraturan tersebut, ANTAM diperkenankan untuk melakukan ekspor bijih nikel kadar rendah dan bijih bauksit tercuci selama 5 tahun dengan rekomendasi persetujuan ekspor bijih yang diperpanjang setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama ANTAM Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, ekspor bijih nikel dan bijih bauksit oleh ANTAM akan mendukung hilirisasi mineral yang telah dilakukan pihaknya sejak 1974, sejalan dengan pengoperasian pabrik feronikel FeNi I.
"Saat ini, ANTAM sudah memiliki beragam fasilitas pengolahan mineral baik nikel, emas, perak maupun bauksit. Selama lebih dari empat dekade ANTAM senantiasa berupaya meningkatkan nilai tambah mineral yang dimiliki sejalan dengan kebijakan hilirisasi pemerintah," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (29/3).
Pada 2017, ANTAM mencatatkan penjualan ekspor bijih nikel kadar rendah sebesar 2,73 juta wmt dan ekspor bijih bauksit tercuci sebesar 766 ribu wmt. Besaran kontribusi ANTAM kepada Negara pada tahun 2017 dari pembayaran sektor Pajak serta Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNPB) mencapai Rp 735 miliar.
ADVERTISEMENT
"Sejalan dengan strategi pengembangan perusahaan, ANTAM berkomitmen dalam pengembangan proyek hilirisasi mineral di dalam negeri. Proyek kunci ANTAM saat ini yang mencakup Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) berjalan dengan on track dengan realisasi konstruksi 38% sampai dengan akhir tahun 2017," papar Arie.
Direncanakan pabrik Feronikel Haltim (Line 1) memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) dimana konstruksi pabrik direncanakan selesai pada akhir tahun 2018.
Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini ANTAM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat bekerjasama dengan PT Inalum (Persero) yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap 1).
ADVERTISEMENT