Faisal Basri: Bangun Jalan Tol Bagus, Tapi Lahan Pertanian Berkurang

15 Januari 2019 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalan Tol Solo-Ngawi Segmen Sragen-Ngawi siap beroperasi. (Foto: Dok. Jasa Marga)
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Tol Solo-Ngawi Segmen Sragen-Ngawi siap beroperasi. (Foto: Dok. Jasa Marga)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo di masa pemerintahannya gencar melakukan pembangunan jalan tol di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Tujuannya untuk memperpendek waktu tempuh sehingga biaya logistik murah.
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior Faisal Basri mengapresiasi kebijakan Presiden Jokowi tersebut. Namun dia mengungkapkan di saat badan usaha membangun jalan tol, jumlah sawah produktif yang ada di Indonesia makin berkurang.
"Pembangunan jalan tol itu berbanding lurus dengan berkurangnya lahan pertanian," kata Faisal Basri saat ditemui di kawasan Epicentrum, Jakarta, Selasa (15/1).
Dia menjelaskan, semestinya pemerintah tidak membangun tol dengan menggunakan lahan pertanian dengan saluran irigasi yang baik. Sebab jika itu dilakukan, otomatis persawahan sekitar tol lama kelamaan akan tergerus.
Sejumlah kendaraan bermotor melaju saat hari pertama pengoperasian Tol Salatiga-Kartasura di Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (21/12). (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan bermotor melaju saat hari pertama pengoperasian Tol Salatiga-Kartasura di Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (21/12). (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
"Iya (sawah di sekitar tol lama kelamaan tergerus), lihat di Jawa. Tol memberikan banyak manfaat, tapi sektor pertanian terkena dampaknya," kata Faisal.
Dia memprediksi jika Presiden pertama Indonesia, Soekarno, mengetahui kebijakan pemerintah sekarang ini pasti akan mengharamkan. Sebab saat Presiden Soekarno memimpin, pembangunan hanya diperbolehkan di daerah tandus.
ADVERTISEMENT
"Kalau Bung Karno pasti mengharamkan itu, membangun kota dan jalan di daerah subur. Makanya ibu kota yang dibangun Bung Karno di tanah yang tandus, dia tidak menjadikan lahan pertanian dijadikan kota," tegasnya.