Faisal Basri Kritik Gubernur BI: Penguatan Rupiah Hanya Andalkan Doa

28 Februari 2019 18:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengkritisi pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang optimistis rupiah akan terus menguat hingga di bawah Rp 14.000 per dolar AS pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Faisal, pernyataan Perry tersebut seolah BI hanya berharap penguatan rupiah dari 'doa,' yakni modal asing yang terus mengalir.
"Doanya apa? Modal asing datang terus. Itu kan doa, bukan usaha. Tidak ada yang bisa menerka berapa uang yang akan datang ke RI," ujar Faisal di Hotel Westin, Jakarta, Kamis (28/2).
Menurut Faisal, Perry belum mempertimbangkan potensi risiko terhadap rupiah. Dia bilang, rupiah yang menguat saat ini akibat derasnya modal asing yang masuk ke Indonesia.
"Nah belum ke puncaknya tuh, masih di jalan tol yang lurus. Jadi hati-hati. Tidak ada yang bisa menerka uang yang datang ke Indonesia akan tetap datang ke Indonesia terus," jelasnya.
Dia pun mencontohkan, pada Januari ketika pemerintah sudah membayar utang jatuh tempo, cadangan devisa menurun, rupiah justru melemah. Namun dia mengkhawatirkan ketika Maret mendatang saat musim pembagian dividen.
ADVERTISEMENT
"Januari tatkala pemerintah sudah bayar utang cadev menurun, rupiah melemah, sekarang naik lagi. Tapi Maret bagaimana bagi-bagi dividen," kata dia.
Faisal Basri bilang, untuk memperkuat rupiah seharusnya BI dan pemerintah bisa memperkuat koordinasi untuk mendorong sektor riil, yakni memperbaiki neraca perdagangan.
"Juga tak ada yang bicara tentang bagaimana perkuat rupiah dengan memperkokoh sektor riil. Tidak ada yang bicara bagaimana defisit perdagangan kita itu yang sudah tertinggi sepanjang sejarah tahun lalu," tambahnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya menuturkan, nilai tukar rupiah bisa bergerak di bawah Rp 14.000 per dolar AS. Pasalnya saat ini, rupiah BI memandang nilai tukar rupiah masih di bawah nilai fundamentalnya (undervalued).
"Kurs kemudian dari Rp 14.500 sekarang Alhamdulillah Rp 14.000, dan kemudian ini juga bisa di bawah Rp 14.000," kata Perry.
ADVERTISEMENT
Perry menuturkan, terdapat beberapa faktor yang bisa menggerakkan rupiah menjadi stabil. Salah satunya, modal asing yang terus masuk pada kuartal I 2019 ini.
Dia pun mencatat, pada kuartal IV 2018 arus modal asing yang masuk hanya Rp 15 triliun. Akan tetapi, dari Januari 2019 hingga kini arus modal asing yang masuk mencapai Rp 45 triliun.
"Faktor lain kondisi fundamental baik dan pasar valas semakin berkembang tidak hanya swap DNDF. Nilai tukar rupiah stabil dan cenderung menguat," imbuh dia.