Fakta Kondisi Perekonomian Kabupaten Boyolali yang Disinggung Prabowo

4 November 2018 14:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dari atas mobil menyapa pendukungnya. (Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo)
zoom-in-whitePerbesar
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dari atas mobil menyapa pendukungnya. (Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo)
ADVERTISEMENT
Pidato Calon Presiden Prabowo Subianto viral di media sosial. Prabowo menyinggung tampang orang Boyolali yang menurutnya tak pernah masuk hotel mewah di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Dalam pidato itu, Prabowo sedang berbicara mengenai belum meratanya kesejahteraan ekonomi di Indonesia. Ia memberi perumpamaan orang asal Kabupaten Boyolali yang belum pernah masuk hotel mahal karena kondisi perekonomian yang kurang baik dan tingginya ketimpangan pendapatan (rasio gini).
Lantas bagaimana kondisi perekonomian Kabupaten Boyolali?
kumparan mencoba menilai kondisi perekonomian Kabupaten Boyolali dengan memasukkan indikator angka kemiskinan, ketimpangan pendapatan, inflasi, pengangguran, upah minimum kabupaten hingga pertumbuhan ekonomi sebagai dasar penilaian. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Mengutip data BPS, Minggu (4/11), jumlah penduduk miskin di Kabupaten Boyolali mencapai 116.390 jiwa atau setara 11,96 persen dari total penduduk pada tahun 2017. Angka ini masih di atas rata-rata nasional yakni pada posisi 10,12 persen (September 2017). Artinya persentase kemiskinan di Boyolali masih di atas angka kemiskinan nasional.
Capres Prabowo Subianto berkunjung ke pimpinan Ponpes Al Kaumani (APIK), KH. M Sholahuddin Humaidulloh di Kendal, Jawa Tengah, Senin (29/10/2018). (Foto: Dok. Tim Media Prabowo)
zoom-in-whitePerbesar
Capres Prabowo Subianto berkunjung ke pimpinan Ponpes Al Kaumani (APIK), KH. M Sholahuddin Humaidulloh di Kendal, Jawa Tengah, Senin (29/10/2018). (Foto: Dok. Tim Media Prabowo)
ADVERTISEMENT
Kedua, angka ketimpangan pendapatan atau rasio gini. Angka ketimpangan di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan sepanjang 2011-2015, yakni dari 0,36 menjadi 0,30.
Sementara itu, angka ketimpangan di Provinsi Jateng sebesar 0,382 atau masih di atas ketimpangan di Kabupaten Boyolali. Makin kecil angka atau mendekati nol, menggambarkan ketimpangan atau gap pendapatan di daerah tersebut semakin rendah.
Ketiga adalah tingkat inflasi. Laju inflasi Kabupaten Boyolali pada tahun 2017 sebesar 3,08 persen, atau di bawah tingkat inflasi nasional yang sebesar 3,61 persen. Angka ini mengambarkan daya beli serta kenaikan harga makan dan minuman di Boyolali terjaga dan lebih baik dari rata-rata nasional.
Keempat, upah minimum kabupaten (UMK) di Boyolali. UMK di Boyolali mencapai Rp 1.651.650 per bulan pada tahun 2018. UMK tertinggi di Provinsi Jateng sendiri tercatat sebesar Rp 2.310.087 (di Kota Semarang) dan terendah sebesar Rp 1.490.000 (di Kabupaten Banjarnegara).
ADVERTISEMENT
Kelima adalah angka pengangguran. Pengangguran di Kabupaten Boyolali pada 2016 sebesar 2,03 persen. Pengangguran di Boyolali di bawah angka pengangguran Provinsi Jateng (4,63 persen pada September 2016) dan Indonesia (5,61 persen).
Terakhir, angka pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Regional Bruto/PDRB) Kabupaten Boyolali sebesar 5,27 persen pada tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi Boyolali di atas pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,02 persen.