Gagal Diwujudkan Jokowi, Buyback Indosat Kini Dijanjikan Sandi

21 Maret 2019 10:11 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cawapres no urut 02, Sandiaga Uno menunjukkan KTP saat Debat Ketiga Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pemilu 2019 di Hotel Sultan, Minggu, (17/3). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cawapres no urut 02, Sandiaga Uno menunjukkan KTP saat Debat Ketiga Calon Wakil Presiden (Cawapres) Pemilu 2019 di Hotel Sultan, Minggu, (17/3). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Cawapres 02 Sandiaga Uno berencana mewujudkan janji Jokowi membeli kembali saham (buyback) Indosat dari Qatar Telecom. Kepemilikan saham Indosat ini sangat penting bagi Sandi sebagai basis big data untuk memaksimalkan fungsi e-KTP.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana industrialisasi lapangan kerja. Nah salah satu yang mau kita dorong adalah dengan KTP elektronik, tapi kita juga harus menguasai data. Dan sebetulnya ide Pak Jokowi untuk mem-buyback Indosat itu bagus. Dan di bawah Prabowo-Sandi akan kita usahakan,” ujar Sandi di kawasan Buaran, Klender, Jakarta Timur, Rabu (20/3).
Bila terpilih, Sandi akan langsung melakukan pembicaraan dengan pihak Qatar untuk proses pembelian kembali. Sebab menurut Sandi perusahaan telekomunikasi seperti Indosat mempunyai data penduduk yang sangat besar. Dari sumber data ini, nanti akan dibangun pusat data untuk menyimpan data identitas penduduk Indonesia. Namun menurut Sandi, pihak Qatar juga masih bisa dilibatkan dalam kolaborasi pembuatan pusat data tersebut.
Menurut Sandi untuk membuat pusat data kependudukan memang dibutuhkan kolaborasi khususnya dari perusahaan telekomunikasi. Sebab menurutnya data penduduk lebih besar dipegang oleh perusahaan telekomunikasi semacam Indosat dan Telkomsel ketimbang pemerintah.
ADVERTISEMENT
Namun untuk membangun pusat data seperti yang ia inginkan akan sulit ketika mayoritas saham Indosat masih dipegang oleh pihak asing. Berbeda dengan Telkomsel, yang saham mayoritasnya masih dipegang oleh Indonesia.
“Telkomsel kan mayoritasnya Indonesia kalau Indosat kan mayoritasnya masih pihak Qatar. Kita mau buyback, sesuai rencananya Pak Jokowi namun tak kunjung terlaksana,” tandasnya.
Indosat Ooredoo. Foto: Aditya Panji/kumparan
Jokowi saat masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014 melempar janji untuk melakukan pembelian kembali saham ISAT. Saham milik negara di perusahaan telekomunikasi itu, dijual pemerintah semasa Presiden Megawati Soekarnoputri ke Singapore Technologies Telemedia (STT) pada 2002 silam. Kemudian pada tahun 2008, Qatar Telecom (sekarang Ooredoo) membeli saham ISAT dari STT.
Saat ini, komposisi kepemilikan saham di ISAT secara mayoritas dikuasai oleh perusahaan asal Qatar, Ooredoo Asia Pte. Ltd, dengan porsi sebesar 65 persen dan publik sebesar 20,71 persen. Pemerintah Indonesia masih menguasai 14,29 persen saham di perusahaan yang identik dengan warna kuning ini.
CEO Indosat Ooredoo, Chris Kanter. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Pada akhir Januari lalu, CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter menjelaskan buyback saham ISAT sudah sulit untuk dilakukan. Chris pun telah menjelaskan hal tersebut kepada Presiden Jokowi. Ia menyarankan kepada Jokowi untuk mengurungkan janji semasa kampanye itu. Chris mengatakan Ooredoo bisa saja melepas saham Indosat kepada pemerintah, tapi harganya akan mahal walau saat ini kondisi nilai saham Indosat sedang menurun tajam. Hal ini juga telah disampaikan Chris ke Jokowi secara langsung.
ADVERTISEMENT
Selama 1 tahun terakhir, saham emiten berkode ISAT ini mengalami penurunan. Bahkan tercatat sebagai posisi terendah dalam 5 tahun terakhir. Posisi terendah terjadi pada 27 Desember 2018, yakni dijual di harga Rp 1.645. Namun, harga saham ISAT merangkak naik di awal 2019. Hari ini, saham Indosat dijual pada harga Rp 2.940. Pada tahun buku 2018, ISAT mencatat kerugian Rp 2,085 triliun sepanjang 2018. Mengutip laporan keuangan ISAT, kinerja perusahaan mengalami penurunan drastis bila dibandingkan tahun 2017. Emiten berkode ISAT mencatat laba setelah pajak Rp 1,301 triliun di 2017.
Sementara sang induk-Ooredoo, juga mencatat penurunan kinerja keuangan (laba bersih), yakni dari QAR 1,889 miliar pada kuartal III-2017 menjadi QAR 1,307 miliar pada kuartal-III 2018 (QAR 1 = Rp 3.868,31). Sebagai perusahaan publik di Qatar, Ooredoo telah beroperasi di berbagai negara seperti Aljazair, Indonesia, Iraq, Singapura, Myanmar, Kuwait, Laos, Palestina, Tunisia hingga Maldives.
Menagih janji Jokowi buyback Indosat. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
ADVERTISEMENT