Genjot Kinerja, Krakatau Steel Garap Tiga Proyek di 2019

4 Januari 2019 13:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama PT. Krakatau Steel, Silmy Karim ketika mengunjungi kantor kumparan. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) pada tahun ini akan menggarap tiga proyek strategis. Seluruh proyek tersebut diharapkan bisa menggenjot kinerja perusahaan sepanjang 2019.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, proyek pertama yang ditargetkan selesai pada April mendatang adalah pembangunan Hot Strip Mill (HSM) 2. Berdasarkan data per November 2018, proyek tersebut sudah rampung 90,23 persen.
"Proyek ini untuk memasok baja HRC (hot rolled coil) untuk segmen otomotif, pipa baja, re-rolling konstruksi dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun," kata Silmy di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (4/1).
Menurut Silmy, pihaknya kini juga tengah melakukan pembangunan dermaga 7.1 dan 7.2 yang akan dioperasikan oleh PT Krakatau Bandar Samudera. Proyek ini ditargetkan selesai Mei 2019. Per November 2018 progres proyek tersebut sekitar 68,53 persen.
"Proyek ini bertujuan melayani kebutuhan bongkar muat curah dengan kapasitas kapal sandar maksimal 70.000 DWT," katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perseroan juga tengah mengerjakan proyek Pickling Line and Tandem Cold Mill (PLTCM) yang menjadi lanjutan dari proyek HSM 2. Proyek ini bertujuan untuk memproduksi cold rolled coil (CLC).
Baja produksi Krakatau Steel. (Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk)
zoom-in-whitePerbesar
Baja produksi Krakatau Steel. (Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk)
Nantinya, sebagian produksi CLC digunakan untuk bahan baku perusahaan patungan (joint venture) dengan Jepang yaitu Krakatau Nippon Steel Sumikin. “Total investasinya sekitar kurang lebih 200 juta dolar AS," ujarnya.
Selain proyek-proyek, pihaknya juga melakukan investasi guna meningkatkan produktivitasnya, misalnya pada pengolahan lembaran baja (skin pass mill). Menurut dia, tren dan tuntutan customer saat ini menginginkan agar produk yang dihasilkan cenderung lebih tipis.
Sehingga penanganannya pun memerlukan proses tambahan yaitu skin pass mill process. Kendati demikian, proses konstruksinya tidak akan dimulai di tahun ini, namun proses pembiayaan dan partnership dipastikan selesai pada 2019.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Silmy mengaku sudah ada beberapa partner yang berminat untuk berinvestasi. Menurutnya proses penjajakn diperkirakan selesai pada triwulan II 2019.
"Presiden kan mencanangkan 10 juta ton tapi proses konstruksinya tidak dimulai 2019, tapi kami memastikan bahwa perencanaan dan hal-hal lain kaitan 10 juta ton seperti pembiayaan, partner, dan sebagainya kita pastikan di 2019," tandasnya.