Genjot Penggunaan Baja Dalam Negeri, SKK Migas Kerja Sama dengan IISIA

9 November 2018 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi (kiri) bersama Ketua IISIA Silmy Karim menandatangani nota kesepahaman. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi (kiri) bersama Ketua IISIA Silmy Karim menandatangani nota kesepahaman. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) meneken nota kesepahaman peningkatan penggunaan produk besi atau baja dalam negeri untuk kebutuhan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi nasional.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan selain untuk mengimplementasikan penggunaan produk dalam negeri pada kegiatan industri hulu migas, kerja sama ini juga ditujukan untuk menekan cost recovery.
“Meningkatkan penggunaan baja pipa produksi dalam negeri. Kita dengan pabrik baja pipa dan IISIA diskusi supaya kebijakan pemerintah penggunaan baja pipa dalam negeri tercapai dan penugasan untuk tekan cost recovery tercapai maka disepakati begini,” kata Amien di Kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (9/11).
Menurut Amien, ada beberapa poin yang disepakati dalam kerja sama tersebut. Pertama menyangkut kualitas baja dan pipa. Kualitas tersebut harus jelas disepakati dengan menggunakan standar API (American Petroleum Institute).
Ilustrasi Migas, Pertamina Hulu Energi. (Foto: Dok. Pertamina Hulu Energi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Migas, Pertamina Hulu Energi. (Foto: Dok. Pertamina Hulu Energi)
Kedua, kesepakatan tersebut juga membahas mengenai kapasitas produksi masing-masing pabrik baja dan pipa. Sebab hal tersebut berpengaruh pada ketersediaan barang untuk jangka panjang. Ketiga, kedua belah pihak juga menyepakati soal harga.
ADVERTISEMENT
“Dan bisa ketemu harganya berapa. Kalau harga tinggi cost recovery naik, kalau rendah pabrik baja pipa enggak bisa survive. Dan akhirnya disepakati formulasi harga sudah ada,” ujarnya.
Menurut Amien, komponen yang paling berpengaruh adalah harga bahan baja internasional. Hal tersebut menurutnya juga akan dimonitor. Sebab jika harga bahan baja international tinggi tapi di dalam negeri rendah, hal tersebut tidak adil. Begitu pun sebaliknya.
“Maka dimonitor bersama antara IISIA dan SKK Migas,” ujarnya.
Kesepakatan ini dinilai menguntungkan kedua belah pihak. Amien berharap dengan terjalinnya sinkronisasi antara pemerintah, pengguna, dan produsen dalam menyikapi kebutuhan pada proyek-proyek di hulu migas maka efektivitas dan efisiensi di dalam rantai suplai baja/pipa akan tercapai.
“Negara dan pengusaha sama-sama untung,” tandasnya.
ADVERTISEMENT