Gubernur BI soal Rupiah Melempem: Masih Manage-able

3 Juli 2018 15:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Adek Berry)
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah dalam dua hari terakhir kembali tertekan. Rupiah tidak mampu mengimbangi keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Nilai rupiah sempat mengalami penguatan ke level Rp 14.250 saat Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga 50 basis poin menjadi 5,25%. Sebagai catatan, ini kali ketiga BI menaikkan suku bunga acuan dalam kurun waktu 2 bulan terakhir.
Namun sayang, kenaikan suku bunga acuan BI ini hanyalah vitamin sementara meredam penguatan dolar AS. Nyatanya, dolar AS kembali bergerak liar. Bahkan hari ini, dolar AS sempat berada di level tertinggi yaitu Rp 14.455. Siang ini, dolar AS di posisi Rp 14.409.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, pihaknya terus memantau pergerakan kurs rupiah. Jika diperlukan, kata Perry, pada saatnya BI akan melakukan intervensi pasar.
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Kita terus lakukan upaya stabilisasi nilai tukar. Kalau diukur secara relatif, nilai tukar ini juga masih manage-able. Ini fenomena global, yang lain secara umum melemah, jadi bukan rupiah sendiri," kata Perry dalam pertemuan dengan media di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memaparkan, proyeksi hingga akhir tahun ini memang akan terjadi pengetatan likuiditas secara global. Bank sentral AS, Federal Reserve misalnya, masih akan menaikkan Fed Fund Rate 2 kali lagi. Demikian juga Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB), akan terus menurunkan stimulus berupa pembelian aset-aset portofolio.
"Tren global likuiditas memang akan mengetat. Termasuk ECB melakukan pengetatan, setelah itu di pertengahan 2019 diperkirakan akan menaikkan suku bunga," paparnya.
Mirza menegaskan, BI terus memantau dampak ekonomi global terhadap rupiah. "Dan kita akan selalu ada di pasar, untuk melakukan intervensi saat diperlukan," tandasnya.