Hadapi Digitalisasi, Kemnaker Fokus Kembangkan Keahlian Tenaga Kerja

1 Februari 2018 7:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah buruh pabrik di Jalan Industri. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah buruh pabrik di Jalan Industri. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
ADVERTISEMENT
Era digitalisasi telah memberikan dampak siginifikan pada tenaga kerja nasional. Beberapa profesi bahkan disebut terancam dengan adanya era digital yang lebih mengutamakan efisiensi dan kemampuan khusus pekerja.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Bambang Satrio Lelono, menilai kondisi tersebut merupakan tantangan bagi tenaga kerja di Indonesia. Dia mengaku sudah menyiapkan berbagai program untuk meningkatkan kompetensi pekerja dalam negeri.
Beberapa program di antaranya pemagangan berbasis standar kompetensi untuk kemudian memperoleh sertifikat kompetensi di dalam maupun luar negeri, sertifikasi kompetensi tenaga kerja, hingga pelatihan berbasis kompetensi.
“Pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja ini merupakan proyek prioritas nasional,” kata Bambang kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (1/2).
Pada tahun ini, Kemnaker menargetkan pelatihan berbasis kompetensi akan diikuti 150.724 orang, 10.790 orang mengikuti program pemagangan berbasis standar kompetensi, dan 260.000 orang mengikuti pelaksanaan sertifikasi kompetensi.
Berdasarkan data Kemnaker di 2017, jumlah peserta pelatihan yang memperoleh sertifikat kompetensi sebanyak 19.478 orang, lulusan program pemagangan yang memperoleh sertifikat kompetensi sebanyak 5.635 orang, dan tenaga kerja yang lulus sertifikasi kompetensi mencapai 46.460 orang.
ADVERTISEMENT
“Pengembangan keahlian ini diberikan untuk memperbaiki kualitas angkatan kerja. Kami juga ingin kompetensi SDM dalam negeri sesuai kebutuhan dunia usaha,” ujarnya.
Tak hanya itu, menurut dia saat ini Kemnaker terus membahas Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk kemudian diterapkan juga di industri yang rentan terdampak digitalisasi.