Harga Avtur Mahal Bikin Kamar Hotel Banyak yang Kosong

13 Februari 2019 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga tiket pesawat kembali dikeluhkan karena dianggap masih mahal. Keluhan berasal dari pengusaha hotel yang tergabung dalam Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani mengatakan, karena harga tiket yang mahal ini, keterisian hotel atau okupansi berkurang. Dia menghitung, kamar hotel banyak yang kosong hingga 40 persen sejak Januari lalu.
Hariyadi pun menduga-duga ada praktek kartel dalam pengaturan tarif tiket pesawat. Sebab, saat ini hanya ada dua pemain besar di industri ini yaitu Garuda Group dan Lion Group.
“Di Indonesia hanya ada dua pemain besar, mereka sama-sama mengatur harga, kita jadi menduga jangan-jangan ada kartel mengatur harga. Dan agak anehnya pada saat low season ini kok malah naik harga,” kata dia saat ditemui di Gedung APINDO, Jakarta, Rabu (13/2).
Hariyadi juga bingung pada harga avtur di Indonesia. Maskapai menyebut, harga avtur yang dijual PT Pertamina (Persero) mahal, bahkan menyumbang hingga 40 persen dari biaya operasional maskapai.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Pertamina juga mengklaim harga avtur yang perusahaan jual sudah kompetitif dengan negara lain. Kondisi ini membuat pengusaha bingung, bisnis mereka terdampak karena kamar hotel jadi banyak yang kosong.
“Kalau memang Pertamina bilang harganya kompetitif, bicara masalahnya, berarti di airlines dong. Nah kenapa airlines bisa begitu. Airlines bilang mereka katanya bayarnya lebih mahal. Meski kita tahu avtur di Indonesia juga mengandung PPn (pajak),” ucap dia.
Ilustrasi Kamar Hotel. Foto: Flickr/KiD01
Karena itu, Hariyadi yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) meminta agar kedua belah pihak mencari solusi dari masalah ini. Dia pun sudah mengusulkan ke Presiden Joko Widodo agar segera mengatur harga avtur dan membuka pasar swasta untuk berjualan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebab, mahalnya tiket pesawat juga berdampak pada bisnis oleh-oleh di Indonesia yang berkurang karena penerbangan ke berbagai kota berkurang.
“Kami imbau untuk Pertamina dan airlines tolong kita bicara substansi yang pokok, yaitu harga tiket itu bagaimana. Karena yang mengeluh bukan hanya PHRI tapi masyarakat. Dengan kejadian ini, otomatis perjalanan masyarakat berkurang. Nah kalau berkurang, semua (hotel) kena, tidak hanya yang di daerah. Orang ke daerah membelanjakan uangnya untuk beli oleh-oleh atau membeli jasa lain, sekarang mereka sepi,” tuturnya.