Harga Avtur Mahal, Dirut Garuda Minta Tarif Batas Bawah Dinaikkan

11 Juni 2018 18:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Reuters/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Reuters/Darren Whiteside)
ADVERTISEMENT
Maskapai Garuda Indonesia meminta agar Kementerian Perhubungan segera menyesuaikan tarif batas bawah menjadi 40% dari sebelumnya 30% dari tarif batas atas sesuai kelompok pelayanan. Permintaan Garuda ini disebabkan harga bahan bakar pesawat yaitu avtur terus mengalami kenaikan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, penetapan tarif batas atas dan bawah tiket pesawat terbang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury mengatakan, kenaikan harga avtur hingga saat ini sudah mencapai 11%. Ia menilai kenaikan harga avtur tersebut dirasa sangat memberatkan sekaligus mempengaruhi kinerja perusahaannya.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
"Paling tidak mengcover 40% cost yang ada untuk memastikan jika airlines mengalami peningkatan cost maka hal-hal yang paling minimum yang terkait pemeliharaan safety bisa dijaga dengan baik," kata Pahala saat ditemui di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (11/6).
ADVERTISEMENT
Dia juga mengklaim kenaikan harga avtur yang terjadi sejak 2016 telah mengganggu kinerja perusahaan. Akibatnya, Garuda mengalami kerugian cukup besar. Pada kuartal I-2018 membukukan operating revenue sebesar USD 983 juta, atau naik 7,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar USD 910,7 juta.
Pahala mengaku untuk mengantisipasi terjadinya kenaikan harga avtur pihaknya telah melakukan hedging (lindung nilai) bahan bakar sekitar 33-35% dari total konsumsi bahan bakar perusahaan yang mencapai USD 1 miliar per tahunnya.
"Jadi peningkatannya harga avtur dari semenjak 2016 hampir 40% dan ini sangat berpengaruh terhadap kinerja kita makanya kita berharap ada penyesuaian tarif batas bawah sebesar 40%," ujarnya.