Harga Batu Bara Anjlok, Bos Adaro Prediksi Permintaan Tetap Stabil

16 Mei 2019 10:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir Foto: Fitra Andrianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden direktur Adaro energy Garibaldi Thohir Foto: Fitra Andrianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga jual batu bara di pasar terus anjlok. Terkoreksinya harga jual komoditas ini dilandasi beberapa sebab, salah satunya perang dagang Amerika Serikat dan China yang tak kunjung reda.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Harga Batubara Acuan (HBA) yang dikeluarkan Kementerian ESDM, harga batu bara mengalami penurunan dari Januari-Mei 2019. Pada Januari, HBA ditetapkan USD 92,41 per ton. Februari 2019 turun menjadi USD 91,80 per ton, lalu pada Maret turun lagi menjadi USD 90,57 per ton. Pada April HBA menjadi USD 88,85 per ton dan Mei menjadi USD 81,86 per ton.
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi 'Boy' Thohir mengatakan, harga batu bara memang terus turun. Meski begitu, dia memprediksi permintaan pasar ke depannya terhadap batu bara tetap stabil karena hingga kini antara produksi dan permintaan dunia masih seimbang.
"Demand masih oke, enggak naik tapi stabil. Dari sisi suplai enggak meningkat. Prediksi saya (harga) stabil," kata dia dalam acara di Sofia at The Gunawarman, Jakarta, Rabu (15/5) malam.
ADVERTISEMENT
Adaro merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Boy, sapaan akrab Garibaldi, memprediksi harga batu bara masih akan stabil di atas level USD 80 per ton.
Kendaraan tambang melintas di area tambang batu bara Adaro, Kalimantan Selatan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dari dari sisi produksi, suplai batu bara tidak akan meningkat. Hal ini terjadi karena banyak bank asing yang enggan membiayai bisnis batu bara.
Seretnya pinjaman dari bank asing karena bisnis batu bara dianggap tidak ramah lingkungan. Sejauh ini, kata dia, bank-bank nasional yang masih mau memberikan pembiayaan pada perusahaan batu bara.
Jika pembiayaan sedikit, maka produksi pun tak akan meningkat. Meski begitu, Boy mengklaim pembiayaan dari Adaro untuk bisnis ini masih besar. Adaro sendiri bakal mempertahankan produksi batu bara sekitar 54-56 juta ton per tahun.
ADVERTISEMENT
"Orang mau buka tambang baru kan dia butuh pembiayaan. Bank sekarang susah kasih gara-gara bank asing. Kalau enggak ada tambang baru berarti supply baru enggak ada," tutur dia.
Sementara dari sisi permintaan, Boy justru melihat bakal ada peningkatan. Alasannya, beberapa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas besar bakal beroperasi secara komersial tahun depan.
Tahun depan PLTU yang dibangun Adaro juga bakal beroperasi. Salah satu PLTU yang ditargetkan beroperasi tahun depan adalah PLTU Batang di Jawa Tengah dengan kapasitas 2 x 1000 Mega Watt (MW).
"Kan banyak PLTU yang selesai akhir tahun ini. Kalau dia trial dulu di November, Januari sudah full operation, sudah komersial. Paling tidak (permintaan) tambah 7-8 juta ton lagi," tambahnya.
ADVERTISEMENT