Harga Jagung RI Mahal karena Panjangnya Rantai Distribusi

21 Februari 2019 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebun Jagung di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kebun Jagung di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Impor jagung dinilai masih sulit untuk dihindari. Hal ini lantaran produksi jagung domestik yang belum dapat memenuhi kebutuhan secara nasional.
ADVERTISEMENT
Peneliti Visi Teliti Saksama Nanug Pratomo mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya menghindari impor jagung. Menurutnya, jagung di Indonesia memiliki kadar air yang tinggi di atas 15 persen.
"Kalau jagung kita ini punya kadar air yang tinggi. Seharusnya semakin rendah ya semakin baik, di bawah 15 persen lah minimal," ujar Nanug di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/2).
Jagung hasil panen petani Ponorogo, Jawa Timur. Meski mulai masuk musim panen, pemerintah memutuskan impor jagung, untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Foto: kumparan
Selain itu, rantai distribusi jagung yang panjang juga menyebabkan harga yang meningkat. Setidaknya ada lima rantai distribusi dari petani jagung ke konsumen.
"Rantai distribusi kita itu dari petani, ada pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, baru ke konsumen. Makanya harganya mahal," katanya.
Dia pun menegaskan, selama persyaratan standar untuk jagung tersebut sulit dipenuhi oleh petani dalam negeri, maka impor jagung juga sulit dihindari.
ADVERTISEMENT
"Apakah kita bisa hentikan impor jagung? Selama produksi jagung kita belum memnuhi kebutuhan dalam negeri ya masih susah. Impor jagung masih dibutuhkan sebagai upaya untuk pemenuhan konsumsi jagung domestik, terutama untuk pakan," tambahnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor jagung selama 2018 mencapai 737.228 ton, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 517.419 ton. Namun impor jagung tersebut jauh lebih rendah dibandingkan 2014 yang mencapai 3,24 juta ton, 2015 mencapai 3,26 juta ton, dan 2016 mencapai 1,13 juta ton.
Berikut Data Impor Pangan Periode 2010-2018: