Harga Jual Emas Bisa Anjlok Bila Salah Pilih

Toko Emas di Pasar Emas Cikini. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Bukan lagi rahasia, emas memang cukup menarik untuk pilihan investasi jangka panjang. Nilai emas hampir bisa dipastikan selalu menanjak seiring waktu. Di sisi lain, emas juga bersifat likuid alias mudah dicairkan, kapan pun dibutuhkan.

Meski begitu, memilih emas bukan berarti bisa serampangan. Alih-alih untung, investasi emas bisa malah berujung buntung jika tak cermat saat pembelian.

Salah seorang pedagang emas, Jay (56) menyampaikan salah memilih emas saat membeli bisa saja menyebabkan harga anjlok cukup signifikan saat menjualnya kembali.

“Ini yang sering kali belum diketahui ya, kuncinya belilah emas yang tahun produksinya paling baru, yang saat ini, kalau bisa paling lama setahun sebelumnya lah,” katanya ketika ditemui kumparan di kawasan Gold Center Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (28/2).

Ia menekankan, pembeli meski teliti dan kritis menanyakan kepada pedagang saat akan transaksi.

“Emang susah sih dibedain karena jumlah nomor seri yang besar bukan berarti paling baru, makanya kenapa beli emas harus face to face sama pedagangnya, lihat emasnya langsung,” tambahnya.

Produk emas Hello Kitty Antam Foto: Antara/Muhammad Adimaja

Ia lantas juga mewanti-wanti bagi calon pembeli di platform online, terutama agar lebih teliti. Sebab, menurutnya bisa saja kecurangan terjadi ketika pedagang emas menjual emas stok tahun lama tapi menjualnya dengan harga yang paling baru.

“Pernah waktu itu ada pembeli, bukan customer saya sih, dia katanya beli emas dari online terus dijual ke saya, lah saya liat itu emas stok lama, sial katanya dia tahunya itu baru, yaudah harganya bisa turun lumayan itu ratusan ribu rupiah,” ungkap dia.

Sebagai informasi, Jay menyampaikan beberapa harga emas yang dijualnya per Kamis (28/2). Di antaranya, emas batangan 5 gram seharga Rp 3,2 juta dan emas 10 gram seharga Rp 6,3 juta dengan buyback Rp 590 ribu per gram, emas batangan batik 10 gram seharga Rp 7 jutaan, dan emas perhiasan seharga sekitar Rp 550 ribu per gram (termasuk ongkos tambahan) dengan buyback Rp 400 ribu per gram.

“Harganya memang susah diprediksi, kayak ibaratnya roller, naik dan turun lagi, tapi kalau dibikin garis rata pasti naik,” tandasnya.