Harga Minyak Anjlok 30 Persen, Kok Pertamax Cuma Turun 1,9 Persen?

7 Januari 2019 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax. (Foto:  ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax. (Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
ADVERTISEMENT
Sejak Oktober 2018 sampai Desember 2018, harga minyak mentah sudah turun kurang lebih 30 persen dari kisaran USD 80 per barel ke sekitar USD 55 per barel. Namun, harga Pertamax per 5 Januari 2018 hanya diturunkan sebesar Rp 200 per liter.
ADVERTISEMENT
Di Jabodetabek, harga Pertamax yang awalnya Rp 10.400 per liter kini menjadi Rp 10.200 per liter alias cuma berubah 1,9 persen. Begitu juga dengan BBM nonsubsidi lainnya, hanya turun tak sampai 2 persen.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun sudah menguat dari kisaran Rp 14.900 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS di Desember 2018.
Penurunan harga itu pun baru diputuskan pada 5 Januari 2019, sementara harga minyak dan dolar AS sudah merosot sejak akhir Oktober. Padahal harga BBM nonsubsidi ditinjau setiap 2 minggu.
Menanggapi hal tersebut, External Communication Manager PT Pertamina (Persero) Arya Dwi Paramita mengatakan, pihaknya masih terus menghitung fluktuasi harga minyak dunia. Harga BBM nonsubsidi masih akan ditinjau lagi.
ADVERTISEMENT
"Pertamina terus memantau fluktuasi harga minyak mentah dunia, dan kita akan me-review harga pada waktu yang tepat," kata Arya kepada kumparan, Senin (7/1).
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) kedalam tangki kendaraan roda dua di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) kedalam tangki kendaraan roda dua di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Ia menambahkan, Pertamina baru memutuskan penurunan harga pada 5 Januari 2019 karena menunggu harga minyak mentah stabil.
"Penyesuaian harga diputuskan 5 Januari 2019 setelah kajian menunjukkan harga crude cenderung stabil hingga akhir Desember 2018," ucapnya.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, seharusnya harga BBM nonsubsidi tersebut turun saat November atau Desember tahun lalu.
"Ini terlambat, seharusnya sudah dari November," ujar Faisal kepada kumparan.
Di negara lain seperti Australia, kata dia, harga BBM juga sudah turun sejak awal November 2018. Indonesia dinilai terlambat merespons harga minyak terhadap BBM. Tak hanya itu, Faisal juga menilai penurunan harga BBM tersebut terlalu sedikit.
ADVERTISEMENT
"Di Australia sudah dari tahun lalu, turunnya juga lumayan banyak ikuti harga minyak dunia," katanya.