Harga Minyak Dunia Jatuh Jelang Tutup Tahun, Terendah Dalam 16 Bulan

25 Desember 2018 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kilang minyak Aramco di Arab Saudi. (Foto: Reuters/Ahmed Jadallah/File Photo/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Kilang minyak Aramco di Arab Saudi. (Foto: Reuters/Ahmed Jadallah/File Photo/File Photo)
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah dunia anjlok dalam beberapa pekan terakhir. Mengakhiri perdagangan Senin kemarin, harga minyak dunia jenis US Crude future ditutup turun 3,06 atau anjok 6,7 persen di harga USD 42,53 per barel.
ADVERTISEMENT
Ditulis CNBC, Selasa (25/12), harga minyak mentah jenis US Crude tersebut tercatat terendah sejak 21 Juni 2017.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTO ditutup USD 42,05 per barel atau tercatat terendah sejak 2017.
Pada saat bersamaan, harga minyak mentah jenis Brent turun 6,2 persen atau USD 3,35 menjadi USD 50,47 per barel. Penurunan ini tercatat sebagai yang terendah dalam 16 bulan.
"Minyak mentah jenis Brent anjok 11 persen pada minggu lalu, sementara itu US Crude mencatatkan kinerja terburuk dalam 3 tahun," tulis CNBC.
Jatuhnya harga minyak dunia pada penghujung 2018 dipengaruhi oleh tingginya suplai atau pasokan di pasar. Amerika, Rusia, dan Saudi menaikkan volume produksi dalam beberapa bulan terakhir sehingga memicu banjirnya pasokan minyak di pasar, sementara jumlah permintaan mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Pada saat pasar mengalami kelebihan pasokan, permintaan minyak diproyeksi melemah di 2019. Perlambatan ekonomi di negara berkembang, naiknya suku bunga, dan eskalasi perang dagang AS-China berdampak pada potensinya turunnya konsumsi minyak.
Kesepakatan antara anggota OPEC dan non-OPEC untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari mulai Januari 2019, dinilai kurang mampu menstabilkan pasokan dan permintaan di pasar.
"Pengurangan produksi antara anggota OPEC dan non-OPEC akan bekerja namun itu memerlukan waktu," Kepala Analis Oil Price Infrmatio Service Denton Cinquegrana.
Turunnya harga berdampak terhadap pengurangan rencana aktivitas produksi minyak US Shale pada tahun depan. Eksploitasi minyak US Shale pada tahun 2018 membuat Amerika menjadi produksi minyak mentah terbesar di dunia, menyalip posisi Arab Saudi dan Rusia.
ADVERTISEMENT