Harga Sawit Anjlok, Malaysia Salahkan Indonesia

28 November 2018 13:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memuat kelapa sawit ke dalam truk (Foto: AFP PHOTO / MOHD RASFAN)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memuat kelapa sawit ke dalam truk (Foto: AFP PHOTO / MOHD RASFAN)
ADVERTISEMENT
Harga minyak kelapa sawit Malaysia mengalami penurunan terbesar dalam 21 bulan. Mengutip data Bursa Malaysia yang menjadi acuan harga Crude Palm Oil (CPO) global, harga CPO untuk pengiriman Desember 2018 anjlok 7 persen pada posisi 1.798 ringgit Malaysia atau USD 428 per ton.
ADVERTISEMENT
Mengutip media Malaysia, The Star, kebijakan Indonesia yang merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia, dituding sebagai pemicu kejatuhan harga itu. Upaya Indonesia untuk meningkatkan pasokan sawit ke pasar global, dianggap telah menimbulkan kelebihan pasokan (over supply).
Kebijakan itu diperparah, dengan penghapusan pungutan ekspor CPO yang sebelumnya sebesar USD 50 per ton.
“Selama ini pungutan Indonesia telah membantu membuat minyak sawit Malaysia lebih kompetitif. Penghapusannya dapat menempatkan produsen Indonesia dalam situasi yang lebih menguntungkan karena biayanya lebih rendah dari produsen Malaysia,” kata seorang trader seperti dikutip dari The Star.
Pemerintah Indonesia mengubah pungutan ekspor minyak kelapa sawit jadi nol, sebagai upaya untuk membantu petani dan industri, menyiasati jatuhnya harga komoditas unggulan ekspor itu. Sebelumnya, Presiden Jokowi telah meminta China untuk membeli lebih banyak CPO dari Indonesia.
Ilustrasi biodiesel. (Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel. (Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul)
Selain itu, Indonesia juga menjalankan program B20 yakni penggunaan biodiesel dengan campuran 20 persen minyak sawit. Hal serupa, kini juga dilakukan Malaysia yang menjalankan program B10 dari sebelumnya B7.
ADVERTISEMENT
Terperosoknya harga sawit, dipicu banyak faktor yang memukul bersamaan. "Masih ada banyak stok, sementara permintaan sedikit dan produksi bagus," kata seorang pedagang. "Saya pikir pasar akan terkoreksi lebih lanjut," tambahnya.
Harga ini juga dipengaruhi oleh pergerakan minyak nabati lainnya. Kontrak minyak kedelai di bursa berjangka Chicago untuk Desember turun 0,7 persen, sedangkan kontrak minyak kedelai Januari di Dalian Commodity Exchange naik 0,4 persen. Sedangkan kontrak minyak sawit Dalian Januari turun 0,4 persen.