Hasil Riset: Petani Sawit Bersertifikat RSPO Lebih Mudah Rebut Pasar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Peneliti RSPO dari Universitas Jambi, Rosyani, mengungkapkan riset yang sudah dia lakukan di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tanjung Sehati, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Jambi.
Gapoktan Tanjung Sehati terdiri dari 6 kelompok tani dengan total anggota 214 orang. Hasil produksi TBS rata-rata 5.500 ton per tahun dari total kebun seluas 316,57 hektare.
"Mereka mendapatkan manfaat yang lebih besar dari RSPO seperti pasar, banyak donor (perusahaan besar) yang membeli seperti Unilever dan Johnson & Johnson," kata Rosyani di Konferensi Kelapa Sawit Internasional ICOPE 2018 di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, Kamis (26/4).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, Gapoktan Tanjung Sehati juga mendapatkan keuntungan lain setelah mengantongi sertifikat RSPO. Misalnya program pendampingan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit ( BPDPKS), Yayasan Setara, serta perusahaan donor.
Sehingga Gapoktan Tanjung Sehati mampu mendapatkan ilmu pengetahuan baru tentang sawit berkelanjutan serta mendapatkan kemudahan penjualan dari sertifikasi RSPO.
"Motivasi Gapoktan setelah menerima RSPO adalah banyak dukungan yang datang seperti riset, kemudian keuangan juga tercatat dengan baik. Jadi keuntungan tidak hanya dari perkebunan sawit," tuturnya.
Dengan demikian, kata dia, Gapoktan yang memiliki sertifikat RSPO bisa lebih cepat berkembang. "Yang tidak memiliki RSPO peluang untuk berkembang semakin rendah," ujarnya.