Hasil Uji Coba B20 buat Kereta Api: Emisi Rendah dan Kerja Mesin Bagus

20 Desember 2018 15:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lokomotif (Foto: Budi Candra Setya/ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lokomotif (Foto: Budi Candra Setya/ANTARA)
ADVERTISEMENT
Masa uji coba penggunaan biodiesel 20 persen (B20) selama 6 bulan mulai dari Februari hingga Agustus 2018 sudah selesai pada lokomotif PT Kereta Api Indonesia (KAI). Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM pun melaporkan hasil kerja uji coba ini.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Rida Muyana mengatakan, pelaksanaan uji coba ini diberlakukan pada 2 jenis lokomotif buatan dari PRL/EMD dan General Electric (GE). Dari kedua jenis lokomotif ini masing-masing dibandingkan penggunaannya antara B0 dan B20.
Pelaksanaannya sendiri dilakukan di tiga lokasi yaitu Tanjung Enim, Tiga Gajah dan Tarahan. Sampel uji diambil dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM), Tangki Truk, Nozzle Pengisian dan Tangki Lokomotif. Jumlah lokomotif yang dijalankan sekitar 250-an unit dengan jarak tempuh 58 ribu hingga 62 ribu kilometer pada masing-masing jenis lokomotif.
"Hasilnya oke banget. Tiga faktor yang dilihat yaitu bahan bakar yang dilakukan Lemigas, performa mesin oleh BPPT, dan material karena selama ini ada black campaign agar tak bergulir. Saya enggak kaget bahwa ini bagus. Kereta ini mesinnya lebih tahan banting, jadi bisa menerima B20. Untuk itu saya atas nama pemerintah, terima kasih ya," kata Rida memaparkan di Kantornya, Jakarta, Kamis (20/12).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Rida mengatakan, dari sisi emisi yang dihasilkan selama penggunaan 6 bulan ini, polusi pada kendaraan berkurang pada lokomotif jenis GE dan PRL/EMD.
Sementara itu, hasil uji jalan penggunaan bahan bakar B20 selama 6 bulan pada lokomotif GE dan PRL/EMD telah berhasil dengan baik tanpa ada masalah pada filter, hose, dan injektor.
Ilustrasi kereta api. (Foto: Flickr/I Made Agastya)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kereta api. (Foto: Flickr/I Made Agastya)
Hasil uji coba ini juga menunjukkan bahwa keandalan mesin lokomotif yang menggunakan bahan bakar B20 sangat tergantung kepada konsistensi kualitas, tata cara penanganan dan penyimpanan bahan bakar.
"Faktor-faktor tersebut harus dipenuhi sesuai dengan acuan/pedoman resmi yang ada untuk menghindari terjadinya masalah dalam penggunaan bahan bakar B20. Hal ini membuktikan bahwa bahan bakar B20 dapat digunakan dengan aman di lokomotif PT KAI," kata Rida.
ADVERTISEMENT
Rida mengatakan, pelaksanaan ini merupakan kerja sama dari berbagai lintas kementerian juga badan usaha seperti penyedia FAME. Karena itu, setelah uji coba selesai, pelaksanaan ke depannya memang sudah harus diterapkan.
"Tidak ada ruang lagi. Ini harus dijalankan. Jadi siapa pun yang terkait, termasuk private sector mendukung ini. Kalau belum siap, ya siapkan. Keberhasilan ini akan lebih berguna kalau ditindaklanjuti. Komitmen harus dijalankan konsisten," ucap dia.
Sementara itu, dari hasil uji coba ini, ada empat rekomendasi yang mesti dilakukan. Pertama, PT KAI agar menyiapkan Standard Operation Procedure (SOP) khusus untuk penanganan dan penyimpanan bahan bakar B20 mengacu kepada Buku Pedoman Penanganan dan Penyimpanan bahan bakar B20 (Diterbitkan oleh Ditjen EBTKE).
ADVERTISEMENT
Kedua, PT KAI, PT Pertamina Patra Niaga, dan OEM melaksanakan sosialisasi di internal PT KAI (Persero) terutama kepada operator dan teknisi di lapangan.
Ketiga, pada awal penggunaan B20 perlu dilakukan audit material compatibility sistem bahan bakar. Hal ini meminimalkan permasalahan pada penggunaan B20 dalam jangka waktu lama.
Keempat, agar kompatibel dengan B20,Lokomotof GE dianjurkan menggunakan nozzle carbon steel karena mempunyai ketangguhan menahan perambatan retak dan rancangan saluran bahan bakarnya streamline sehingga tidak mengakibatkan turbulensi berlebihan pada fuel chamber. Lokomotif GE juga dianjurkan mengganti material hose NBR-PVC blend pada sisi supply dengan hose polytetrafluoro ethylene (PTFE/Teflon).