Hero Tutup 26 Gerai Giant, Apindo Akui Ada Persoalan Daya Beli

14 Januari 2019 18:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Giant Supermarket. (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai sejumlah gerai ritel mulai berguguran lantaran persaingan bisnis yang semakin ketat. Seperti yang dialami salah satu raksasa ritel Indonesia, PT Hero Supermarket Tbk (Hero), yang menutup 26 gerai Giant pada tahun ini.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani, mengatakan selain persaingan ritel yang semakin ketat, perilaku pembeli saat ini sudah mulai berubah. Khususnya terkait toko online alias e-commerce.
"Memang tidak bisa dipungkiri bahwa belanja e-comerce ada pengaruhnya. Semakin lama trennya semakin banyak," kata Hariyadi di hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Selatan, Senin (14/1).
Menurut dia, pengusaha sektor ritel saat ini bukan hanya bersaing dengan persaingan sesama ritel konvensional, pengusaha saat ini juga dihadapkan dengan pesaing dari ritel online. Selain itu, ada juga persoalan daya beli masyarakat yang stagnan.
Lotus Sarinah tutup lebih awal.  (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Lotus Sarinah tutup lebih awal. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
"Lalu juga yang perlu kita lihat adalah dari daya beli masyarakat, ada pengaruhnya di sana. Jadi ini semua mengakibatkan beberapa ritel itu enggak bisa bertahan," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia juga mencontohkan gerai 7Eleven atau Sevel yang tutup beberapa waktu lalu karena persaingan usaha. "Sevel yang tutup karena salah satu yang memukul mereka enggak boleh jualan bir. Padahal orang-orang ke sana sambil minum-minum," katanya.
Adapun konsumsi rumah tangga yang menjadi gambaran daya beli masyarakat diperkirakan masih stagnan di kisaran 5,1 persen. Kondisi ini hanya naik tipis dibandingkan pada 2017 yang tercatat 4,95 persen.