Hingga 2023, 1 Juta Rumah Ditargetkan Pasang PLTS Atap

8 Januari 2019 19:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana atap masjid Hamdan al-Qara di Amman selatan, dilengkapi dengan 140 panel surya di atapnya. (Foto: Khalil Mazraawi / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana atap masjid Hamdan al-Qara di Amman selatan, dilengkapi dengan 140 panel surya di atapnya. (Foto: Khalil Mazraawi / AFP)
ADVERTISEMENT
Hingga 2023, Kementerian ESDM menargetkan sekitar 1 juta rumah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. Aturan tentang pemanfaatan listrik panel surya di atap bangunan telah diterbitkan pada November 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris, optimistis target 1 juta pengguna bisa terkejar karena pelanggan listrik PT PLN (Persero) jumlahnya lebih dari 40 juta.
"Artinya, ada potensi yang besar untuk pelanggan PLN memasang listrik atap. Ya tidak semua kita berharap bisa. Kalau dapat 10 persennya saja sudah lumayanlah itu ya, sampai 1 juta atap itu," ujar Harris dalam paparan capaian kinerja EBTKE di kantor Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (8/1).
Petugas memperbaiki panel surya di atap rumah warga. (Foto: Bikash Karki / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas memperbaiki panel surya di atap rumah warga. (Foto: Bikash Karki / AFP)
Harris mengatakan, agar target itu tercapai saat ini Ditjen EBTKE Kementerian ESDM melakukan sosialisasi soal beleid penggunaan PLTS atap dalam Peraturan Menteri Nomor 49 Tahun 2018 ke kalangan perumahan, komersial, industri, dan sosial.
ADVERTISEMENT
Permen ini, kata dia, memberikan kesempatan ke semua pelanggan PLN, dan juga memberikan kontribusi ke pemanfaatan energi terbarukan. Harapannya, dengan semakin terjangkaunya harga panel surya atap, penggunaanya bisa lebih banyak. Dari segi kapasitas, selama 4 tahun ke depan, PLTS atap ditargetkan mencapai 1 Gigawatt (GW).
Dari segi investasi, Harris juga berharap ada lembaga yang menyediakan pembiayaan PLTS seperti halnya membeli motor atau mobil. Jadi bisa dicicil supaya penetrasi lebih cepat. Kata dia, jika nantinya ada lembaga yang menyediakan pembiayaan untuk PLTS, tidak bisa dari pemerintah tapi harus dari kalangan swasta seperti dalam Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah atau PINA yang berada di bawah Bappenas.
"Kami sudah komunikasi dengan teman-teman dari produsen ada yang tertarik melakukan modal di kredit, jadi PLTS-nya dikredit, seperti model motor, dicicil uang mukanya misalnya berapa terus bulanannya berapa, itu bisa. Kalau itu bisa dilakukan pasti banyak yang tertarik karena jadi murah kan," tutur dia.
ADVERTISEMENT