Hingga Oktober 2017, Utang Luar Negeri RI Mencapai Rp 4.610 Triliun

16 Desember 2017 10:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dolar (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dolar (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Oktober 2017 tumbuh terkendali, sebesar USD 341,5 miliar atau sekitar Rp 4.610 triliun (kurs Rp 13.500) atau tumbuh stabil sebesar 4,8% year on year (yoy). Berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan ULN didorong oleh peningkatan di sektor swasta dan sektor publik (pemerintah dan bank sentral).
ADVERTISEMENT
Adapun ULN sektor swasta tumbuh stabil sebesar 1,3% (yoy), sama dengan pertumbuhan bulan sebelumnya. Sementara ULN sektor publik tumbuh 8,4% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 8,5% (yoy).
Berdasarkan jangka waktu asal, struktur ULN Indonesia pada akhir Oktober 2017 masih aman karena tetap didominasi ULN jangka panjang. ULN berjangka panjang memiliki pangsa 86,3% dari total ULN dan pada akhir Oktober 2017 tumbuh 3,9% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya (3,7% yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek tumbuh 10,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (12,6% yoy).
Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir Oktober 2017 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih (LGA), serta pertambangan. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 77%, relatif sama dengan pangsa bulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun 2016.
ADVERTISEMENT
Bank sentral memandang perkembangan ULN pada Oktober 2017 tetap terkendali. Hal ini tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2017 tercatat stabil di kisaran 34%. Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers.
"Bank Indonesia terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk meyakinkan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan resmi, Sabtu (16/12).