Ibu Kota Pindah ke Kalimantan, Bagaimana Nasib Jakarta?

30 Juli 2019 16:40 WIB
Presiden Jokowi saat meninjau salah satu lokasi calon ibu kota negara di Gunung Mas. Foto: Dok. Biro Sekretariat Pers Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat meninjau salah satu lokasi calon ibu kota negara di Gunung Mas. Foto: Dok. Biro Sekretariat Pers Presiden
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah memutuskan pemindahan ibu kota ke Kalimantan. Meski belum menyebut nama kotanya, peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk pembangunannya bakal dilakukan pada 2021.
ADVERTISEMENT
Dengan berpindahnya ibu kota ke Kalimantan, semua aktivitas pemerintah bakal beralih ke sana. Mulai dari kementerian, lembaga legislatif, yudikatif, dan lembaga negara lainnya. Lalu bagaimana dengan nasib Jakarta?
Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Rudy S Prawiradinata, mengatakan meski pusat pemerintah pindah, Jakarta akan tetap hidup menjadi pusat bisnis.
Konsep ini, kata dia, sama seperti Rio de Janeiro yang ditinggal Brasil pindah ke ibu kota barunya, Brasilia. Jadi, geliat perdagangan dan bisnis akan tetap berjalan di Jakarta.
"Jakarta tetap sebagai pusat kegiatan ekonomi seperti halnya Rio de Janeiro yang pindah ke Brasilia atau New York yang pindah ke Washington DC (di Amerika Serikat) dan kota-kota lainnya," kata Rudy saat dihubungi kumparan, Selasa (30/7).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, pengamat tata kota Yayat Supriyatna menuturkan, jika ditarik ke belakang, kemunculan Jakarta sebagai pusat ekonomi dan bisnis di Indonesia karena dekat dengan pusat pemerintahan saat ini.
Jika aktivitas pemerintahan pindah ke Kalimantan, kata dia, bukan tak mungkin aktivitas bisnis tak lagi berpusat di kawasan Sudirman-Thamrin lagi, tapi ke kota-kota seperti Bekasi atau yang dekat dengan bandara agar lebih mudah bergerak jika ingin ke Kalimantan.
Pengunjung di kawasan Monas, Jakarta, Senin (31/12). Meskipun hujan antusiasme masyarakat untuk merayakan pergantian tahun cukup tinggi, banyak yang rela kehujanan demi merayakan pergantian tahun. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Yayat menegaskan, nasib Jakarta setelah tak jadi ibu kota Indonesia tergantung dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mereka harus membuat konsep, termasuk tata ruangnya agar Jakarta tetap bisa bersaing dengan kota lain yang ekonominya bakal tumbuh seiring dengan pemindahan ibu kota.
"Nanti kalau ring 1 kosong, Jakarta (khususnya kawasan Sudirman dan Thamrin) enggak boleh mati. Ini sangat tergantung pada Pemprov DKI," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, kini sudah saatnya DKI Jakarta menyusun tata ruang untuk bisa tetap bersaing dengan kota lain.
"Jangan-jangan nanti kantornya pindah ke Meikarta. Kawasan dekat bandara juga akan ramai, seperti di BSD (Bumi Serpong Damai), Halim Perdanakusumah, di sekitar Kertajati juga akan berkembang. Akan muncul aktivitas masyarakat aeropolis," kata Yayat.