IKM Komponen Otomotif Diminta Belajar dari Industri Besar

27 November 2018 13:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi spare part Suzuki  (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi spare part Suzuki (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah berupaya untuk mengangkat Industri Kecil Menengah (IKM) otomotif agar semakin memiliki daya tawar.
ADVERTISEMENT
Salah satu caranya dengan memfasilitasi pertemuan IKM dan industri besar melalui program Link and Match 2018 yang mengundang tak kurang dari 100 perwakilan IKM dan belasan tier APM dan industri besar.
Adapun ke seratus IKM komponen otomotif itu, tersebar di sentra-sentra logam diantaranya Tegal, Purbalingga, Yogyakarta, Sidoarjo, Pasuruan, dan Jabodetabek.
Direktur Jenderal IKM Gati Wibawaningsih mengatakan pertemuan kedua belah pihak itu nantinya ia harapkan bisa jadi media untuk terjadi berbagi pengetahuan (transfer knowledge).
“Penerapan industri atau revolusi industri jadi sesuatu hal yang harus kita implementasikan Link and Match tidak selesai hari ini harus diikuti knowledge management,” katanya di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (27/11).
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Diketahui, Link and Match pada 2018 ini merupakan acara yang ketiga sejak pertama berlangsung 2016.
ADVERTISEMENT
Gati menyebut hasil dari acara itu, telah dilakukan setidaknya 15 memorandum of understanding (MoU) antara IKM dan Tier APM serta industri besar.
“Tahun pertama 3 tahun kedua 9 yang ketiga (jadi) 15,” imbuhnya.
Gati menambahkan, perlunya IKM berguru kepada industri besar karena potensi ekonomi ke depan IKM mesti memiliki kapasitas yang mumpuni.
“Penyertaan artificial intelegence, internet of things, wearable AR/VR, artificial robotic, 3D printing, big data analysis ataupun cloud computing di dalam proses produksi akan menjadi kebutuhan yang mendesak bagi IKM untuk dapat berkompetisi,” terangnya.
Di samping itu, kata Gati, IKM juga bisa membantu industri besar dalam memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Pasalnya, tingkat ketergantungan industri besar masih tinggi pada barang impor. Misalnya saja, pada Januari-Juni 2018 sebesar USD 2,06 miliar di suku cadang kendaraan motor dan roda empat.
ADVERTISEMENT
“IKM bisa memproduksi komponen-komponen yang sesuai standar industri besar sehingga kebutuhan impor komponen bisa diturunkan,” tutupnya.
Sebagai informasi, beberapa industri besar dan Tier APM itu di antaranya, PT Adyawinsa Stamping Industries, PT Dasa Windu Agung, PT Dharma Polimetal, PT Yutaka Manufacturing Indonesia, PT United Tractors Pandu Engineering, PT Advics Indonesia, PT Toyota Boshoku Indonesia, PT Astra Komponen Indonesia, Menara Terus Makmur, PT Autoplastik Indonesia, PT Velasto Indonesia, PT Astra Otoparts, PT Duta Persada Teknik, PT Alva Betha Presisindo, PT Denso Indonesia, PT Astra Mitra Ventura.