Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Wall Street Melemah

22 Februari 2018 7:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergerak di zona merah pada penutupan perdagangan Rabu (21/2). Ini karena adanya rilis hasil rapat The Federal Reserve pada pertemuan Januari 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Kamis (22/2), indeks saham Dow Jones (DJI) melemah 166,97 poin atau 0,67% ke posisi 24.797,78. Indeks saham S&P 500 (SPX) melemah 14,93 poin atau 0,55% ke posisi 2.701,33. Indeks saham Nasdaq (IXIC) tergelincir 16,08 poin atau 0,22% ke posisi 7.218,23.
Hasil rapat bank sentral AS yang menetapkan suku bunga tetap pada Januari 2018 turut mempengaruhi Wall Street. Rapat bank sentral yang dirilis pada Rabu waktu setempat menunjukkan pejabat bank sentral AS semakin percaya diri untuk menaikkan suku bunga dan inflasi yang diprediksi naik.
Hasil rapat juga mendorong imbal hasil (yield) surat berharga AS atau obligasi bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam empat tahun. Imbal hasil surat berharga AS mencapai 2,9%.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada hal mengejutkan atau skema besar. Ini sesuai dengan harapan pasar dan suku bunga akan naik secara bertahap," kata Michael Skordeles, Analis Suntrust Advisory Services.
"Hasil rapat bank sentral AS mengindikasikan anggota Federal Reserve tidak terlalu mengkhawatirkan inflasi," kata Chief Investment Strategist State Street Global Advisors Michael Arone.
Ilustrasi Wall Street (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street (Foto: Pixabay)
Arone juga menilai bank sentral AS akan menaikkan suku bunga, mengingat sejumlah data ekonomi membaik pada awal Januari. Ini ditunjukkan dengan menguatnya laporan data tenaga kerja, upah naik, dan diikuti indeks harga konsumen.
Berdasarkan data Reuters, keyakinan pelaku pasar, suku bunga akan naik pada pertemuan bank sentral AS pada Maret mendatang. Bank sentral AS diprediksi menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.
ADVERTISEMENT
Selain itu, inflasi menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Kekhawatiran inflasi itu membuat indeks saham S&P 500 melemah lebih dari 10% sejak 26 Januari.
"Ini memang pola yang tidak biasa. Tapi pemulihan tetap berlanjut. Pelaku pasar akan melihat pasar keuangan tetap naik," jelas Jeff Zipper, Direktur US Bank Private Client Reserve.
Sejumlah sektor saham pun mencatatkan performa terbaik. Sektor saham industri naik 1,45% dengan membukukan performa terbaik di antara 11 sektor saham lainnya. Sektor saham material juga naik 1,13%.
Sementara sektor saham properti melemah 0,54% seiring data penurunan penjualan rumah pada Januari.
Volume perdagangan mencapai 6,96 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan sebesar 8,49 miliar saham.