IMF Didorong Buka Peluang Dipimpin Orang Asia, Sri Mulyani Berpeluang

31 Juli 2019 19:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) di Seminar Empowering Women in Workplace di Annual Meeting IMF-WB, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) di Seminar Empowering Women in Workplace di Annual Meeting IMF-WB, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018). Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) harus segera memilih bos baru. Christine Lagarde yang menjabat Direktur Pelaksana, telah resmi mengundurkan diri karena menjadi calon kuat Bank Sentral Eropa.
ADVERTISEMENT
Pengunduran diri itu akan efektif pada September mendatang. Kini terbuka peluang bagi mereka yang punya kapasitas dan pengalaman, mengurusi kerja sama keuangan multilateral untuk memimpin IMF.
Sayangnya, tak semua orang yang memenuhi kualifikasi tersebut, dapat menjadi kandidat Direktur Pelaksana IMF. Ada semacam perjanjian tertulis, posisi orang nomor satu di IMF hanya boleh diisi orang Eropa.
Ini jadi konsensus, seperti juga orang nomor satu di Bank Dunia hanya boleh diisi orang Amerika Serikat (AS).
Lantas, adakah peluang bagi orang non-Eropa seperti Asia? Ekonom dari Osaka University, Jepang, Shinji Takagi, menyatakan ada meski tak besar.
Takagi yang pernah menjadi Asisten Direktur Independent Evaluation Office di Kantor Pusat IMF, berargumen ada beberapa tradisi kuat di IMF yang ternyata juga bisa dilanggar.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan, Christine Lagarde telah menjadi perempuan pertama yang memimpin lembaga keuangan multilateral itu.
Kantor Pusat IMF di Washington DC, Amerika Serikat. Foto: Reuters
“Padahal selama ini ada tembok beton yang sulit ditembus oleh perempuan untuk memimpin IMF,” katanya seperti dikutip dari East Asia Forum. “Walaupun mungkin, tradisi harus orang Eropa yang memimpin IMF, lebih sulit didobrak,” tambahnya.
Apalagi kelompok penguasa IMF yang pro-tradisi itu, punya hak suara lebih dari 50 persen dalam menentukan nama Direktur Pelaksana IMF. Mereka adalah Amerika Serikat, Jepang, China, Zona Euro, serta negara Uni Eropa lainnya.
Takagi mengungkapkan, sebenarnya sudah ada kesepakatan pada 2007, bahwa Lagarde merupakan yang terakhir dipilih atas dasar tradisi IMF harus dipimpin hanya oleh orang Eropa. Kesepakatan itu bahkan ditegaskan lagi, dalam beberapa pertemuan di KTT G20.
ADVERTISEMENT
East Asia Forum menulis, kalau saja orang Asia bisa jadi pemimpin IMF, tak sedikit yang bisa diunggulkan sebagai kandidat. Salah satunya adalah Menteri Keuangan Indonesia saat ini, Sri Mulyani.
Christine Lagarde, Managing Director of IMF Foto: IG: @elevate.her
Ada juga Gubernur Bank Sentral India, Raghuram Rajan dan Deputi Perdana Menteri merangkap Menko Kesra Singapura, Tharman Shanmugaratnam.
Tradisi hanya memilih orang Eropa untuk bos IMF, dianggap sudah ketinggalan zaman dan anti-demokrasi. Hal itu bermula dari Konferensi Bretton Woods pada Juli 1944. Pertemuan itu diprakarsai Presiden AS, Frankiln Delano Roosevelt, untuk bersama-sama mengatasi masalah ekonomi akibat Perang Dunia II.
Dari pertemuan di sebuah hotel di New Hampshire itulah, disepakati pembentukan Bank Dunia dan IMF. Sejak itulah tradisi berbagai kekuasaan antara AS dan Eropa berjalan.
ADVERTISEMENT
Takagi punya argumentasi lain, soal perlunya orang Asia diberi kesempatan. Yakni kontribusi Asia ke perekonomian dunia, kini semakin signifikan.