Impor Petrokimia Terus Membengkak karena Investasi Melempem

8 Oktober 2019 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petrokimia Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Petrokimia Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian mencatatkan importasi sektor petrokimia saat ini mencapai USD 20 miliar (Rp 14.200 per USD) atau Rp 284 triliun setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Achmad Sigit Dwiwahjono, mengatakan impor pada industri bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil itu memang menjadi pendorong defisit yang besar pada neraca perdagangan Indonesia.
Kapal kargo asing tengah bongkar muat peti kemas mengangkut komoditas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
"Impor bahan petrokimia lebih dari 20 miliar dolar AS setiap tahun, data impor kurang lebih 100 miliar (USD) lebih maka hampir sektor bahan petrokimia dan bahan kimia hampir 30 persen dari total impor kita," ujar Sigit dalam Workshop Pendalaman Kebijakan Industri oleh Kemenperin di Padang, Sumatera Barat, Selasa (8/10).
Sigit tak merinci pasti, namun ia mengatakan investasi di industri petrokimia saat ini masih belum bergairah.
"Karena kalau kita lihat dari tahun 1998 tidak ada investasi besar khususnya di industri petrokimia," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Sigit menambahkan porsi importasi lainnya yang terbilang besar yaitu dipengaruhi oleh sektor barang modal dan bahan konsumsi.
Gerai PT Petrokimia Gresik. Foto: Antara/Prasetia Fauzani
"30 persen sektor barang modal dan 30 persen adalah bahan konsumsi," ujarnya.
Berkenaan itu, pihak Kemenperin menekankan tengah memprioritaskan industri petrokimia. Beberapa caranya ialah dengan mendorong inovasi terhadap substitusi bahan kimia dari hulu.
"Ini kalau kita lakukan akan punya nilai tambah yang cukup besar sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," kata dia.
Selain itu, pihaknya juga mengaku berfokus mendorong investasi terkait bidang itu. Terlebih, dengan adanya perkembangan industri 4.0 yang bukan hanya membutuhkan efisiensi produksi berbasis teknologi namun juga kolaborasi dan promosi.
"Tanpa ini sulit bagi kita untuk kita capai, tentunya industri 4.0 memegang peranan penting, investasi yang baru yang kita promosikan kita harapkan aplikasikan 4.0 pada industri lainnya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Kini terdapat lima bidang yang menjadi target fokus Kemenperin dalam mendorong industri, di antaranya sektor makanan dan minuman, industri kimia, tekstil, elektronika, dan otomotif.