news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Impor RI Turun 11,79 Persen, Terbesar Disumbang Barang Modal

17 September 2018 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers BPS Neraca Perdagangan Juli 2018, Rabu (15/8/18). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers BPS Neraca Perdagangan Juli 2018, Rabu (15/8/18). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Persentase impor Indonesia pada bulan Agustus 2018 (month to month) mengalami penurunan lebih tinggi daripada ekspor. Impor anjlok 11,79 persen dan ekspor turun 2,90 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka impor bulan Agustus mencapai USD 16,84 miliar dan angka ekspor sebesar USD 15,82 miliar.
ADVERTISEMENT
Meski kinerja ekspor lebih baik daripada impor dari sisi persentase, namun ada yang perlu dicermati. Penurunan angka impor tertinggi disumbang oleh barang modal atau capital good.
Barang modal golongan mesin dan pesawat mekanik turun sebesar USD 296,3 juta atau melemah 11,31 persen dibandingkan Juli 2018.
Barang modal memiliki peran penting di dalam suatu bisnis karena harta berwujud ini umumnya digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Pabrik Perakitan BMW (Foto: Alfons Hartanto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pabrik Perakitan BMW (Foto: Alfons Hartanto/kumparan)
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan penurunan impor barang modal terjadi, karena menguatnya dolar AS sehingga biaya impor mesin menjadi lebih mahal. Lanjut Bhima, pelaku usaha kemudian memutuskan untuk menunda impor.
"Tren penjualan domestik juga tidak terlalu bagus. Pengusaha khawatir soal kondisi ekonomi yang memburuk jadi wait and see dulu," ungkap Bhima kepada kumparan, Senin (17/9).
ADVERTISEMENT
Faktor kedua, turunnya laju impor barang modal dipengaruhi oleh langkah pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menunda proyek infrastruktur yang kandungan bahan baku impornya besar. Bagi Bhima, penurunan laju impor barang modal di sektor swastalah yang perlu diwaspadai.
"Jika dominasi faktor yang pertama tentu harus diwaspadai karena sinyal negatif," sebutnya.