Indef Anggap Dana Desa Belum Mujarab Turunkan Angka Kemiskinan di Desa

14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara areal persawahan Desa Kawengen, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Foto: Antara/Aji Styawan
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara areal persawahan Desa Kawengen, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Foto: Antara/Aji Styawan
ADVERTISEMENT
Pemerintah sudah mengeluarkan anggaran besar untuk program Dana Desa. Namun ternyata program ini belum mujarab menurunkan angka pengangguran di desa.
ADVERTISEMENT
Dana Desa mengalami kenaikan tiap tahunnya. Adapun sejak 2015-2018, total anggaran Dana Desa yang digelontorkan dalam APBN mencapai Rp 187 triliun. Rinciannya, tahun 2015 senilai Rp 20,76 triliun, tahun 2016 senilai Rp 46,98 triliun dan di tahun 2017 serta 2018 menjadi Rp 60 triliun. Pada APBN 2019 ini, anggaran Dana Desa dialokasikan sebesar Rp 70 triliun.
Namun, angka pengangguran terbuka di desa justru kian meningkat. Yaitu sebesar 4,04 persen sepanjang 2018, naik dari periode sebelumnya sebesar 4,01 persen. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, di acara konferensi pers Pemanasan Jelang Debat Ketiga: Menyelesaikan Masalah Struktural Ketenagakerjaan, di ITS Tower, Jakarta, Kamis (14/3).
Petani memanen tembakau di Cilaja, Desa Girimekar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/2). Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
ADVERTISEMENT
"Pengangguran di desa meningkat walau relatif kecil, meskipun sudah ada Dana Desa. Artinya, mungkin Dana Desa belum menjadi obat yang cukup mujarab untuk meningkatkan kesejahteraan di perdesaan," kata dia.
Tak hanya itu, Eko menambahkan sektor pertanian yang mayoritas menjadi tumpuan masyarakat desa juga belum bisa memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan perekonomian.
Berdasar data yang dihimpun Indef dari BPS 2018, sektor pertanian hanya menyumbang PDB sektoral sebesar 13,53 persen, dibanding dengan 28,79 juta tenaga kerja. Sementara setingkat di bawahnya, sektor perdagangan memiliki PDB sektoral 13,02 persen dengan tenaga kerja hanya sebesar 18,61 juta tenaga kerja.
“Pertanian pertumbuhan enggak tinggi. Relatif rendah sehingga tidak banyak ciptakan efek berganda bagi perekonomian,” tutupnya.
ADVERTISEMENT