Indef: Impor Pangan Tinggi, Menandakan Pertanian Tak Terurus
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, menyebutkan sekitar 60% kebutuhan bahan baku untuk industri makanan juga dipenuhi dari impor. Hal ini mendandakan jika sektor pangan Indonesia bukannya semakin menuju kemandirian justru malah semakin bergantung impor.
"Selama 10 tahun terakhir impor produk pertanian itu hampir 50% dari kebutuhan. (Tahun) 2007 impor sayur dan buah-buahan dibuka. Pada saat itu juga neraca dagang kita selalu negatif. Jadi sangat jauh sekali rata-rata pertumbuhan ekspor dan impor," kata Eko saat ditemui dalam acara diskusi Indef di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (18/4).
Menurut Eko, masih tingginya kebutuhan impor mencerminkan sektor pertanian di dalam negeri belum cukup terurus. "Pertanian enggak keurus, padahal luas lahan pertanian di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan luas lahan di Thailand. Namun, Thailand berhasil menjadi salah satu negara eksportir beras terbesar di dunia," tandasnya.
Berdasarkan data World’s Top Exports tahun 2016, Thailand menjadi eksportir beras terbesar di dunia dengan rata-rata USD 4 miliar atau 21,9% dari total ekspor beras dunia. Sebaliknya, Indonesia jadi importir beras dengan nilai USD531 juta atau 2,8% dari total ekspor beras dunia. Tahun ini, Indonesia kembali ekspor beras sebanyak 500 ribu ton.
ADVERTISEMENT
Eko meminta agar pemerintah bisa mengatasi permasalahan importasi ini. Sebab, jika kebijakan impor pangan ini tidak diminimalkan maka kemandirian pangan sulit untuk direalisasikan.
"Jadi untuk menyelesaikan masalah stabilitas tidak cukup dengan utak atik suku bunga acuan. Sama saja kalau impor pangan masih jalan terus,” tutur dia.