Indonesia Akan Miliki Satelit Internet Senilai Rp 21 Triliun

3 Mei 2019 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara penandatanganan Perjanjian Kerjasama Proyek KPBU Satelit Multifungsi, di Museum Nasional, Jakarta. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Acara penandatanganan Perjanjian Kerjasama Proyek KPBU Satelit Multifungsi, di Museum Nasional, Jakarta. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia sebentar lagi bakal memiliki satelit multifungsi khusus internet pertama. Terdiri 150 ribu titik pelayanan publik, satelit berjuluk SATRIA itu bakal menghabiskan dana Rp 21 Triliun.
ADVERTISEMENT
Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, pemerintah tak bakal membebankan seluruh pembiayaan dari anggaran negara. Melainkan, Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
"Kita tanda tangan kontrak antara pemerintah dengan badan usaha untuk merancang mendesain manufaktur, mendesain, meluncurkan, memelihara, dan mengoperasikan satelit untuk 15 tahun," kata Rudiantara di acara penandatanganan KPBU Satelit Multifungsi itu di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (3/5).
Menurut Rudiantara, dengan adanya kerja sama tersebut bisa menekan anggaran pemerintah untuk membangun proyek satelit yang memiliki peran strategis bagi pengembangan berbagai sektor masyarakat.
Ia juga menekankan, dana yang dibutuhkan untuk proyek satelit tersebut cukup besar, yakni mencapai Rp 21 triliun. Meskipun demikian, Rudiantara menilai sejumlah dana itu merupakan ‘investasi’ jangka panjang bagi pembangunan.
ADVERTISEMENT
"Angkanya cukup besar, di atas Rp 21 T (Rp 21,4 T) kok yang lain Rp 7-8 T? Ini adalah angka membuat dan meluncurkan 15 tahun," lanjut dia.
Proyek SMF itu didukung penuh dan dimonitor oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berperan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian darmin Nasution mengatakan, dengan adanya satelit internet pembangunan dan penetrasi internet akan lebih merata. Tak terkecuali di ranah terkecil masyarakat seperti pertanian yang dihubungkan dari desa ke desa.
"Berisi informasi dasar petani di pedesaan kalau dia mau panen apa, entah produk kebun hortikultura, dia tinggal pakai HP (internet) saja masuk ke situ," katanya.
Acara penandatanganan Perjanjian Kerjasama Proyek KPBU Satelit Multifungsi, di Museum Nasional, Jakarta. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Darmin berharap manfaat aksesibilitas satelit itu bisa meningkatkan daya tawar ekonomi yang lebih baik bagi mereka. Dengan akses internet yang baik, maka koneksi peluang ekonomi pun bisa kian besar.
ADVERTISEMENT
"Yang mahal, di petani kita adalah daya tawar, kalau ini dijalankan, akan banyak manfaatnya," katanya.
Proyek SATRIA ini rencananya akan memulai konstruksi pada akhir tahun 2019 sampai dengan kuartal kedua tahun 2022, dengan rencana peluncuran di tahun yang sama dan diharapkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2023.
Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan frekuensi Ka-Band. Adapun perusahaan manufaktur satelit yang terlibat adalah Thales Alenia Space, menggunakan launcher dari Ariane 5 Upper/6.2 atau Falcon 9-5500.
Untuk slot orbit menggunakan administrator Indonesia dari operator PSN (1460E). Satelit ini akan melayani lebih dari 149.400 titik layanan publik yang terdiri atas sarana pendidikan, pemerintah daerah, administrasi pertahanan keamanan, dan fasilitas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT