Indonesia Pangkas Ekspor Karet 98 Ribu Ton hingga 4 Bulan ke Depan

1 April 2019 12:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pohon karet Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pohon karet Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
ADVERTISEMENT
Indonesia mulai memberlakukan kebijakan pengurangan ekspor karet alam per 1 April 2019 hingga Juli 2019. Pengurangan ini dilakukan guna meningkatkan harga karet yang sering anjlok.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan Muhri, mengatakan jumlah pengurangan ekspor karet ini dalam negeri mencapai 98.160 ton. Dengan pengurangan ini, nilai jual karet diharapkan mampu meningkat USD 2 per kilogram.
“Setiap bulan kita akan kurangi sebanyak 24.540 ton per bulan. Ini kan kita juga lakukan bersama Malaysia yang sepakat mengurangi 15.600 ton dan Thailand sebanyak 126.240 ton,” katanya saat ditemui di Auditorium Kemendag, Jakarta, Senin (1/4).
Kasan menambahkan, khusus untuk Thailand akan mulai lakukan pembatasan ekspor karet ini pada 20 Mei mendatang. Pihaknya mengaku ingin menyelesaikan proses pemilihan umum (Pemilu) terlebih dahulu.
Kesepakatan pembatasan ekspor ini tertuang dalam perjanjian Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) oleh International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang ditandatangani oleh tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Ketiga negara ini sepakat untuk mengurangi jumlah ekspor karet sebesar 240 ribu ton karena harga karet anjlok.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dalam memberlakukan kebijakan itu, pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 779/2019 untuk memberikan penugasan kepada Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) sebagai pelaksana AETS.
“Ini memang diharapkan mampu meningkatkan harga karet. Saat ini harga karet sudah lebih dari USD 1,4 per kilogram dari sebelumnya di November 2018 mencapai USD 1,21 kilogram. Tentu kita monitor perkembangan harga agar bisa memberikan renumeratif bagi petani karet,” tambahnya.
Sementara itu, Deputi VII Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, menyampaikan jumlah ekspor karet yang dipangkas ini akan digunakan untuk penggunaan dalam negeri. Salah satunya akan dipakai sebagai campuran aspal pelapis jalan raya.
“Dari Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) dan Dewan Karet Indonesia sudah menyampaikan akan diserap salah satunya untuk rubber road. Mereka juga akan serap untuk ban vulkanisir 96 ribu ton per tahun,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Dari catatan Kemendag, nilai ekspor karet alam Indonesia ke dunia turun dengan tren 9,04 persen pada periode 2013-2017, namun volume ekspornya tidak berubah signifikan. Sedangkan, AETS telah beberapa kali dilaksanakan dan berdampak cukup efektif dalam perbaikan harga karet. Setelah pelaksanaan AETS tahun 2016, nilai ekspor karet membaik pada 2017 menjadi USD 5,59 miliar dengan volume ekspor naik menjadi 3,28 juta ton.
Pada 2018, nilai ekspor mengalami penurunan menjadi USD 4,17 miliar dengan volume ekspor 2,95 juta ton. Hal ini merupakan dampak dari pelaksanaan AETS di awal tahun 2018. Sementara pada Januari 2019, nilai ekspor karet alam tercatat sebesar USD 273 juta dengan volume ekspor mencapai 210,37 ribu ton.