news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Indonesia Targetkan Penjualan 50 Hak Cipta di London Book Fair 2019

21 Januari 2019 21:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kiri-Kanan: Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid; Ketua Harian Panitia Pelaksana Indonesia Market Focus, Laura Prinsloo; Kepala Bekraf, Triawan Munaf. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
zoom-in-whitePerbesar
Kiri-Kanan: Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid; Ketua Harian Panitia Pelaksana Indonesia Market Focus, Laura Prinsloo; Kepala Bekraf, Triawan Munaf. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
ADVERTISEMENT
Pada keikutsertaan yang kedua kalinya dalam ajang London Book Fair (LBF) 2019, Indonesia terpilih sebagai Market Focus Country. Capaian ini baru diraih pertama kali oleh negara di Asia Tenggara. Tahun sebelumnya, LBF memilih tiga negara Baltik sebagai market focus, yakni Estonia, Lithuania, dan Latvia.
ADVERTISEMENT
Dengan ditunjuk sebagai Market Focus Country, Indonesia berkesempatan untuk mempromosikan dunia perbukuan Tanah Air di kancah internasional. Hal itu sebagai kelanjutan dari torehan prestasi Indonesia yang sejak menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015 telah berhasil menjual total 1.200 judul buku.
Pada LBF 2019, Indonesia mengajak 20 penerbit dengan 450 judul buku dan menetapkan target penjualan 50 hak cipta.
“Proses kurasi sudah berlangsung sejak tahun lalu. Ada 450 judul buku yang lolos seleksi. Dari 450 judul buku itu, kami targetkan penjualan 50 judul,” ujar Ketua Harian Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, Laura Prinsloo, di Hotel Morrissey, Senin (21/1).
Sejumlah buku karya penulis-penulis yang mengikuti London Book Fair 2019. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah buku karya penulis-penulis yang mengikuti London Book Fair 2019. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
Sementara itu, pada LBF 2018, Indonesia berhasil menjual 14 judul buku dengan nilai mencapai sekitar 120.000 dolar AS. Tahun ini, target penjualan berfokus pada buku anak dan fiksi. Minat beli terhadap kedua genre itu memang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
“Sampai saat ini, sudah ada 1.200 judul buku yang berhasil dijual ke mancanegara, paling banyak di antaranya buku anak. Karena memang orang belum baca buku anak pun, kadang sudah jatuh cinta dengan ilustrasinya,” ujar Laura.
Indonesia dianggap sesuai dengan tema yang diusung LBF tahun ini: “17.000 Islands of Imagination”. Negara yang kekayaan literaturnya lahir dari perpaduan keragaman budaya, seni, dan latar belakang sejarah.
Indonesia Terpilih sebagai Market Focus Country di London Book Fair 2019. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia Terpilih sebagai Market Focus Country di London Book Fair 2019. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nasional, Triawan Munaf, melihat keikutsertaan Indonesia dalam LBF 2019 sebagai momentum penting. Tidak hanya sebagai perluasan pasar di sub sektor penerbitan saja, tapi juga di ranah karya berbasis konten lainnya seperti: film, musik, game, kuliner, dan lain-lain.
Namun, produk buku memang mendapat perhatian khusus Indonesia di bursa LBF. Tahun ini, untuk pertama kalinya, secara khusus Indonesia mencoba menjualnya dalam bentuk lisensi IP (intellectual property). Lisensi IP mencakup premis cerita dalam sebuah buku yang merupakan intisari penceritaan.
ADVERTISEMENT
“Buku itu kalau kita baca kan imajinasi kita ke mana-mana, tapi begitu jadi film, imajinasi kita terbatas. Berbeda dengan buku. Untuk itu buku bisa jadi sumber IP yang awal untuk dikembangkan jadi games, film, even kuliner, apapun bisa dari buku itu. Sehingga ripple effect itu terjadi. Kesejahteraan penulisnya juga jadi lebih baik lagi,” kata Triawan.
Sementara itu, menurut Laura, salah satu penulis Tanah Air yang karyanya sudah dinikmati khalayak internasional adalah Eka Kurniawan. Buku-buku fiksi karya Eka sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
“Buku Eka Kurniawan itu banyak sekali yang suka, sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa kan. Jadi, kalau orang sudah dapat penghargaan internasional, terus sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris, itu lebih gampang ngejualnya,” ujar Laura.
ADVERTISEMENT
Laura juga menyampaikan, setelah buku-buku Eka seperti Cantik Itu Luka berhasil menembus pasar internasional, muncul fenomena “Eka Effect”. Ada rasa penasaran di kalangan pembaca di luar negeri terhadap karya-karya penulis Indonesia lainnya.
Leila S. Chudori di London Book Fair 2019. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
zoom-in-whitePerbesar
Leila S. Chudori di London Book Fair 2019. (Foto: kumparan/Selli Nisrina Faradilla)
Leila S. Chudori menjadi salah satu dari 12 penulis yang akan tampil di London Book Fair 2019. Leila sempat mengatakan bahwa bukunya yang berjudul Laut Bercerita sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh penerjemah asal Amerika Serikat, John H. McGlynn, yang dikenal sudah lama menjalin kerja sama dengan beberapa penulis ternama Indonesia, seperti Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Umar Kayam, dan Subagio Sastrowardoyo.
Leila mengaku sudah mendapatkan tawaran dari beberapa penerbit berbahasa Inggris. Akan tetapi, ia belum memutuskan hendak bekerja sama dengan siapa.
ADVERTISEMENT
---
Reporter: Selli Nisrina Faradilla