Industri 4.0 Akan Jadi Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi RI

15 April 2019 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara memberikan sambutan dalam acara "Transformasi Robotics menuju Revolusi Industri 4.0" di Gedung Kementrian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Sabtu (15/12). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara memberikan sambutan dalam acara "Transformasi Robotics menuju Revolusi Industri 4.0" di Gedung Kementrian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Sabtu (15/12). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri 4.0 dalam negeri mampu mendongkrak kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 1-2 persen. Peningkatan industri 4.0 ini setara dengan USD 120 miliar hingga USD 150 miliar. PDB merupakan komponen utama dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
“Itu nilainya bisa capai USD 120 miliar hingga USD 150 miliar di tahun 2025. Implementasi industri 4.0 ini memang bisa mendongkrak kontribusi manufaktur terhadap PDB kita,” kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto, saat ditemui di ICE BSD, Tangerang Selatan, Senin (15/4).
Dia juga menambahkan, implementasi industri 4.0 ini bisa membuka sebanyak 17 juta pekerjaan baru. Di mana 4,5 juta dari jumlah tersebut berada di sub sektor industri manufaktur, seperti big data dan artificial intelligence.
Ketum Golkar, Airlangga Hartarto tiba di lokasi Debat Final Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, (13/4). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
“Sisanya 12,5 juta itu lebih ke service related manufaktur. Misalnya, industri otomotif kan ada bengkel servisnya. Demikian juga industri garmen pasti ada outlet-nya,” katanya.
Dari catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), kontribusi manufaktur terhadap PDB di tahun 2017 sebesar 20,2 persen. Sementara di tahun 2018 tercatat menurun sebesar 19,86 persen.
ADVERTISEMENT
Meski menurun, namun Airlangga menganggap hal ini wajar terjadi. Sebab, rata-rata kontribusi manufaktur dunia hanya sekitar 15,6 persen.
"Apalagi kontribusi manufaktur yang mencapai 30 persen itu tidak ada. Tiongkok saja 29 persen, Jepang juga di bawah itu. Jerman itu sama dengan Indonesia yang berkisar 20 persen," tutupnya.