Industri Penjualan Keramik Terpukul Atas Pelemahan Rupiah

9 September 2018 19:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko keramik Centro Keramik Batu Alam di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat (9/9). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko keramik Centro Keramik Batu Alam di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat (9/9). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Industri keramik menjadi salah satu sektor bisnis yang terpukul atas pelemahan rupiah. PT Puri Kemenangan Jaya dengan nama brand Centro Keramik Batu Alam menyebutkan omzet perusahaan anjlok akibat menguatnya dolar AS.
ADVERTISEMENT
Konsultan Marketing Centro Keramik Batu Alam,Herman, mengaku dalam sebulan biasanya bisa menjual hingga 30 ribu meter keramik. Tapi setelah rupiah terus melemah terhadap dolar AS, omzet turun 30 persen.
“Minta ampun. Industri keramik gonjang-ganjing karena rupiah melemah. Dari taget penjualan Omzet turun 20-30 persen. Tadinya sebulan target penjualan 30 ribu meter,” kata dia saat ditemui kumparan di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Minggu (9/9).
Herman membeberkan, salah satu bahan baku yang dibeli produsen keramik adalah gas alam. Gas ini digunakan bukan untuk bahan bakar, tapi sebagai bahan baku pembuatan keramik. Di dalam negeri, gas-gas untuk industri dipatok dengan harga USD 9,5 sen per metrik kubik. Angka ini terbilang sangat mahal. Dia mengusulkan agar harga gas industri bisa turun.
Toko keramik di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat (9/9). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko keramik di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat (9/9). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Herman mengaku dari asosiasi kerap menyuarakan mahalnya harga gas untuk bahan baku keramik. Tapi dari pemerintah masih belum merespons. Padahal, gas untuk industri keramik dibeli di dalam negeri, tapi membelinya harus dengan dolar AS.
ADVERTISEMENT
“Maunya harga gas turun, minimal USD 7 sen per kubik. Kami udah sampaikan ke pemerintah, ke Kementerian Perindustrian. Tapi hasilnya 2 tahun mandek enggak ada kabar. Bahkan bakunya pakai dolar, kami jual produknya pakai rupiah, bagaimana coba?” jelasnya.
Atas kondisi ini, Herman mengaku harus melakukan banyak promosi agar pembeli banyak yang tertarik. Opsi ini diambil lantaran tidak bisa menaikkan harga jual yang pas ke masyarakat. Di tengah kondisi rupiah yang melemah, daya beli masyarakat untuk membeli keramik juga turun.
Toko keramik Centro Keramik Batu Alam di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat (9/9). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko keramik Centro Keramik Batu Alam di Jalan Percetakan Negara, Jakarta Pusat (9/9). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Kalau tidak pandai bertahan, diakuinya, sudah banyak produsen keramik legenda yang gulung tikar seperti Supert Italy dan Esensa. Diakui Herman, perusahaan sudah menahan lebih dari 6 bulan untuk tidak menaikkan harga jual keramik ke konsumen.
ADVERTISEMENT
“Centro berusaha terus. Ada kenaikan harga tapi tipis 2,5-3 persen. Mau enggak mau promosi. Soalnya pinjam ke bank, ngos-ngos-an juga. Padahal produksi harus jalan terus,” jelas dia.
Masalah lain yang jug menggangu keberlangsung bisnis ini adalah penerapan kendaraan ganjil-genal. Herman mengaku mobil yang dimiliki toko terbatas, dengan aturan penerapan ganjil-genap, pengiriman barang jadi tidak maksimal.
“Minta ampun. Tempo hari ganjil-genap. Mobil kami kan terbatas. Sekarang dolar juga naik. Ngos-ngos-an kita,” tandasnya.