Inflasi Diprediksi Tetap Rendah di November meski Harga Pangan Naik

3 Desember 2018 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang sayur di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang sayur di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indeks Harga Konsumen (IHK) selama November 2018 diprediksi akan kembali mencatatkan inflasi. Namun, laju inflasi di bulan lalu tersebut diproyeksi lebih rendah dari bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi pada November 2018 sebesar 0,19 persen secara bulanan atau month to month (mtm), sedangkan inflasi tahunan diprediksi 3,15 persen year on year (yoy). Angka ini lebih rendah dari inflasi Oktober 2018 yang tercatat sebesar 0,28 persen (mtn).
"Inflasi diperkirakan 0,19 persen (mtm), tahunan 3,15 persen (yoy)," ujar Josua kepada kumparan, Senin (3/12).
Menurut Josua, pendorong inflasi selama bulan lalu tersebut berasal dari harga pangan yang bergejolak (volatile food) dan inflasi inti (core inflation). Untuk pangan, hal ini didorong oleh kenaikan harga beras sebesar 0,3 persen (mtm), telur ayam naik 10 persen, bawang merah naik 12,5 persen, dan harga cabai rawit menanjak 1,9 persen.
ADVERTISEMENT
"Kenaikan ini disebabkan permintaan yang tinggi menjelang Hari Raya Natal dan Tahun baru. Selain itu, faktor musim hujan juga berimbas pada hasil panen," katanya.
Untuk inflasi inti, hal ini dipicu oleh kenaikan harga perumahan. Selain itu, biaya bahan bangunan juga cenderung meningkat, namun bisa dibatasi dengan rupiah yang menguat.
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah memproyeksi inflasi selama November 2018 sebesar 0,20 hingga 0,25 persen (mtm) dan 3,15 hingga 3,21 persen (yoy).
Pedagang sayur di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang sayur di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Abdul Latif/kumparan)
"November diperkirakan sekitar 0,20-0,25 persen (mtm). Inflasi tahunan di sekitar 3,15-3,21 persen (yoy)," kata Piter.
Menurut dia, faktor penyumbang inflasi November yakni harga makanan jadi, bahan makanan, dan transportasi.
ADVERTISEMENT
Meskipun inflasi secara bulanan diprediksi lebih rendah dari sebelumnya, namun hal ini tidak berarti harga-harga komoditas mengalami penurunan. Piter menuturkan, sejumlah harga mulai mengalami kenaikan di bulan lalu mendekati libur Natal dan Tahun Baru.
"Inflasi November bulana. lebih rendah dari Oktober bukan berarti harganya turun. Tapi kenaikan dari Oktober ke November sedikit lebih rendah dibandingkan kenaikan September ke Oktober," ucapnya.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya memproyeksikan inflasi selama November 2018 sebesar 0,18 persen (mtm) dan 3,14 persen (yoy). Menurut dia, penyebab inflasi bulan lalu disebabkan oleh seluruh komponen inflasi, baik itu inflasi akibat harga pangan yang bergejolak (volatile food), inflasi inti, maupun barang/jasa yang diatur pemerintah (administered price).
ADVERTISEMENT
Namun utamanya, inflasi November 2018 disebabkan oleh kenaikan harga bawang merah, tarif angkutan udara, bensin, daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras.
"Seluruh barang, baik makanan, inflasi inti, maupun harga-harga yang dikendalikan pemerintah atau administered price itu tetap terkendali," jelasnya.