Ingin Neraca Perdagangan Surplus, Enggartiasto Minta UKM Dikerahkan
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai target tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita , meminta pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk menyiapkan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM ) melakukan ekspor produk mereka.
“Saat ini, struktur ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi komoditas primer dan kita belum menikmati nilai tambah dari pengolahan sumber daya alam kita. Untuk itu, ekspor manufaktur, termasuk produk UKM harus terus kita tingkatkan. Produk olahan tersebut harus dapat mendominasi ekspor nonmigas kita,” kata Enggar saat menyampaikan pengarahan pada Forum Koordinasi dan Implementasi (FKI) Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, di Intercontinental Hotel, Jimbaran Badung, Bali, Selasa (8/5).
Menurutnya, komoditas primer yang jadi unggulan ekspor saat ini adalah sawit dan produk turunannya, serta batu bara. Sektor lain yang jadi penyumbang devisa adalah pariwisata. Ke depannya, Enggar meminta produk-produk hasil UKM harus sudah bisa diandalkan untuk menembus pasar ekspor, sehingga dengan bisa meriah surplus neraca perdagangan.
"Kemendag siap membantu UKM yang mau dan siap melakukan ekspor. Selain itu, sesuai dengan perintah Presiden kepada Menteri perindustrian dan menteri-menteri ekonomi, kita harus mendorong investasi yang berorientasi pada ekspor. Jika ada kendala, kita carikan solusinya” jelas Enggartiasto.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Putu Astawa menyampaikan, target peningkatan ekspor Bali pada 2018 ini sebesar 3% dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 2,2%. Adapun komoditas ekspor unggulan Bali adalah kerajinan, tekstil, serta buah-buahan seperti salak dan manggis.
"Saya kira kerajinan kita banyak, terutama kayu dan tekstil yang perlu didorong. Disamping juga perak dengan memperkaya desain kita. Ini yang perlu karena di era digitalisasi kejenuhan pasar cepat terjadi jadu harus inovasi secara kontinyu untuk desain baru kita.
Dalam kesempatan terpisah di Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pelemahan rupiah hingga melampaui Rp 14.000/USD, merupakan kesempatan besar bagi pengusaha berorientasi ekspor. Sayangnya, kata JK, neraca perdagangan Indonesia masih defisit sehingga lebih banyak menanggung beban kenaikan harga produk-produk impor.
ADVERTISEMENT
“Akibatnya barang-barang impor jadi kemahalan. Tapi untuk yang ekspor, pendapatannya malah lebih banyak. Masalahnya sekarang kita defisit perdagangan (impor lebih besar daripada ekspor). Jadi ekspor perlu diperbaiki,” kata JK di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Selasa (8/5).