Integrasikan Transportasi Jabodetabek Butuh Rp 571 T, Buat Apa Saja?

21 Maret 2019 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kereta MRT Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kereta MRT Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah ditunjuk Presiden Joko Widodo memimpin proses pembangunan transportasi terintegrasi Jabodetabek yang rencananya dikerjakan selama 10 tahun. Dalam jangka pembangunan tersebut diperkirakan memakan dana sampai Rp 571 triliun.
ADVERTISEMENT
Lalu untuk apa saja dana tersebut dihabiskan?
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menjelaskan anggaran itu akan digunakan untuk pembangunan berbagai moda transportasi yang terintegrasi misalnya perluasan proyek MRT dan LRT. Selain itu, ada juga pembangunan underpass untuk menekan angka kemacetan di perlintasan rel sebidang.
“Itu adalah anggaran pembangunan nya. Jadi misalnya kita akan membangun MRT sekarang baru 16 km nanti akan dibangun 231 km. LRT lebih dari 120 km. Lalu kereta api yang ada di bawah akan dinaikkan itu muter 27 km sehingga tidak ada lagi kemacetan akibat kereta api yang berhenti,” terang Anies saat berada di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Rabu, (20/3).
Dihubungi secara terpisah, Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, William Sabandar, mengakui jalur MRT akan dibangun sepanjang 231 km. Ia menjelaskan jalur sepanjang 231 km tersebut akan menyambungkan berbagai wilayah khususnya di Jakarta untuk mendukung transportasi terintegrasi di Jabodetabek.
Proyek LRT Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
“Kira-kira konsepnya begini, yang pertama adalah menuntaskan utara - selatan jadi 16 km tambah kurang lebih sekitar 10 km ke utara gitu ya, kita kan belum tahu lokasi depo. 26 sampai 30 km nantinya. Jadi itu yang pertama utara - selatan. Kemudian yang kedua menuntaskan yang timur - barat dari Ujung Menteng ke Kalideres 31 kilometer,” timpal William.
William menuturkan saat ini pihaknya masih menunggu tempat yang akan dijadikan lokasi depo khususnya dari MRT Fase II. Sehingga angka yang dijelaskannya bisa saja berubah menyesuaikan lokasi depo yang ditentukan.
Lebih lanjut, William mengungkapkan dari 231 km itu pihaknya mencanangkan pembangunan jalur lingkar layang atau loop line sepanjang 100 km. Selain itu ada crossing line. Hanya saja, William belum bisa mengungkapkan berapa detail pembangunannya.
ADVERTISEMENT
“Yang ketiga adalah loop line, loop line itu ada dua. Ada yang inner loop line, loop line dalam kota. Ada yang outer loop line, loop line di pinggiran, itu totalnya 100 km. Jadi dua loop line,” terang William.
“Kemudian sisanya itu adalah jaringan pendukung MRT. Jadi ada yang crossing line namanya atau diagonal line. Diagonal line itu ada beberapa sih tapi saya enggak punya daftarnya. Saya belum punya daftar pasti, tapi ada diagonal line,” tambahnya.