Investor Diminta Tak Perlu Khawatir Teror Bom

14 Mei 2018 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rupiah melemah terhadap dolar. (Foto: Antara/Hafiz Mubarak)
zoom-in-whitePerbesar
Rupiah melemah terhadap dolar. (Foto: Antara/Hafiz Mubarak)
ADVERTISEMENT
Rentetan bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur, sejak kemarin dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Pada pagi ini, nilai tukar rupiah kembali melemah dan IHSG sempat anjlok.
ADVERTISEMENT
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) Adrian Panggabean, meminta agar investor bersikap tenang dan rasional dalam menyikapi kondisi tersebut. Menurut dia, secara fundamental ekonomi Indonesia masih baik dan tidak akan terpengaruh oleh teror bom.
“Dari sejarahnya, biasanya (rupiah) enggak terganggu, ya. Bom Bali juga kan pernah terjadi. Indonesia enggak sekali ini (diteror bom),” kata Adrian di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin (14/5).
Menurutnya saat ini nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah berada di level Rp 13.975 masih dalam batas wajar. Malah cukup kuat di saat kondisi teror bom yang berlangsung dua hari berturut-turut.
“Ini ada bom empat biji terjadi aja rupiah masih stabil. Kalau secara trajectory kita memang melemah, tapi yang sudah-sudah rupiah tidak terganggu,” katanya.
ADVERTISEMENT
Mengutip data perdagangan Reuters, Senin (14/5), dolar AS dibuka di Rp 13.945. Dolar AS terus naik dan mencapai posisi tertingginya di Rp 13.975. Dari awal pembukaan hingga saat ini, rupiah sudah melemah 30 poin. Sementara dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah berada di level Rp 13.976.
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada perdagangan sesi I ditutup melemah 45,042 poin (0,76%) ke 5.911,790. Sementara indeks LQ45 ditutup turun 8,507 poin (0,88%) ke 953.503.
Hari ini, ledakan bom kembali terjadi di Surabaya. Setelah bom bunuh diri terjadi di 3 gereja di Surabaya pada Minggu (13/5), kali ini Markas Polrestabes Surabaya yang pada Senin (14/5) jadi sasaran pelaku bom bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Menurut Adrian, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini lebih disebabkan faktor eksternal, bukan sentimen negatif dari kejadian bom bunuh diri. Dia mengklaim kondisi ekonomi masih tetap berjalan normal dan investor diminta tak perlu khawatir.
“Volatilitas di pasar finansial dua kali lebih besar dibanding tahun 2017. Ini disebabkan faktor eksternal. Tidak perlu terlalu khawatir sejauh konfigurasi makroekonomi relatif sehat, kebijakan ekonomi rasional, dan aktivitas ekonomi berjalan normal,” katanya.
Sedangkan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain pengetatan kebijakan moneter dan pelonggaran kebijakan fiskal Amerika (AS) yang diimbangi dengan masih longgarnya kebijakan moneter Eropa dan Jepang.
Olah TKP ledakan bom di Surabaya (Foto: Antara/Didik Suhartono)
zoom-in-whitePerbesar
Olah TKP ledakan bom di Surabaya (Foto: Antara/Didik Suhartono)
Di sisi lain, faktor geopolitik dan geoekonomi serta isu proteksionisme AS juga menyebabkan fluktuasi tajam dalam harga-harga aset secara global.
ADVERTISEMENT
"Hal ini kemudian berimbas pada fluktuasi mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah. Pada saat dolar AS menguat, seluruh mata uang dunia melemah. Itu yang terjadi di dunia saat ini. Artinya fenomena ini bukan isolated Indonesia tapi sifatnya global,” ujar Adrian.
Menurutnya, pada kuartal I 2018 rata-rata kurs rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp 13.510 atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya di Rp 13.450. Akibat berlanjutnya fluktuasi tajam dalam harga aset global, dia memproyeksikan kurs rupiah di kuartal II 2018 berada di kisaran Rp 13.600 - Rp 14.000.
Adapun secara tahunan, Adrian merevisi proyeksi rupiah dari rata-rata tahunan Rp 13.200 menjadi Rp 13.550 di 2018. Sedangkan angka pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I/2018 yang sebesar 5,06% selaras dengan proyeksi CIMB Niaga yaitu sebesar 5,1%.
ADVERTISEMENT